Archive for Desember, 2010

h1

Latar Belakang Masalah sia

Desember 23, 2010

 

1.1         Latar Belakang Masalah

Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien umtuk mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang sangat penting untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Informasi yang berkualitas yaitu informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga keputusan bisnis yang tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan sistem informasi yang diterapkan di masing-masing perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan sistem informasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Sistem informasi juga diperlukan dalam pengadaan bahan baku untuk kelancaran proses pembelian bahan baku dari pemasok serta kepada pembeli. Prosedur pembelian bahan baku melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan maksud agar pelaksanaan pembelian bahan baku dapat diawasi dengan baik. Salah satu penyebab terjadinya kekacauan-kekacauan dalam prosedur pembelian bahan baku adalah lemahnya pengendalian intern pada sistem dan prosedur yang mengatur suatu transaksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka setiap perusahaan perlu menyusun suatu sistem dan prosedur yang dapat menciptakan pengendalian intern yang baik dalam mengatur pelaksanaan transaksi perusahaan.

Bagi perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur, sistem informasi produksi yang efektif merupakan suatu keharusan dan tidak lepas dari persoalan persediaan bahan baku, karena sebagian besar modal perusahaan terikat pada proses produksi perusahaan tersebut. Dengan adanya sistem informasi yang efektif, maka kekacauan-kekacauan yang umum terjadi dalam bidang produksi seperti jadwal produksi yang tidak realistis, pemborosan dan terjadinya kekurangan persediaan yang terjadi selama proses produksi dapat dihindari dan ditangani.

Sampai saat ini, pengertian pengendalian intern telah dikemukakan oleh banyak pihak. Dalam arti sempit, pengendalian intern didefinisikan sebagai pengecekan untuk memeriksa kecermatan penjumlahan. Sedangkan dalam arti luas, pengendalian intern adalah semua alat-alat yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk melakukan pengawasan. Sistem informasi produksi memfokuskan pada aspek-aspek seperti: pemesanan, penyimpanan, dan ketersediaan bahan baku dan perlengkapan produksi; penjadwalan mesin, fasilitas dan tenaga kerja untuk memproses bahan baku menjadi bahan jadi; mendesain dan menguji produk dengan jumlah sesuai rencana, kualitas yang baik dan biaya yang dianggarkan. Dengan kata lain, sistem informasi produksi bertujuan mendukung fungsi produksi dan operasi yang terdiri atas aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian produksi barang dan jasa.

Untuk mencapai tujuan perusahaan manajemen bertanggung jawab terhadap praktek pembelian bahan baku dan produksi dalam perusahaan yang dikelola dan harus secara terus-menerus mengawasi sistem pengendalian intern yang sudah ditetapkan. PT. Philips Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Manufacturing Lighting yang bermerk dagang produk lighting dengan kurang lebih ada 700 items yang terdiri atas dua tipe yaitu Gelas Pijar dan VTL (Neon / TL). Aktivitas perencanaan dan pengendalian pembelian bahan baku dan produksi menjadi semakin kompleks. Untuk dapat melakukan aktivitas perencanaan dan pengendalian pembelian bahan baku dan produksi sebagai penghasil informasi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengevaluasi  sistem informasi pembelian bahan baku dan produksi sebagai penyedia informasi perencanaan dan pengendalian pembelian bahan baku dan produksi.

 

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.    Bagaimana sistem informasi pembelian bahan baku dan produksi yang telah diterapkan di PT. Philips Indonesia?

2.    Apakah evaluasi  sistem informasi pembelian bahan baku dan produksi sebagai penyedia informasi untuk perencanaan dan pengendalian pembelian bahan baku dan produksi pada PT. Philips Indonesia?

 

1.3         Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah:

1.    Untuk mengetahui sistem informasi pembelian bahan baku dan produksi yang telah diterapkan di PT. Philips Indonesia.

2.    Untuk mengetahui apakah evaluasi sistem informasi pembelian bahan baku dan produksi sebagai penyedia informasi untuk perencanaan dan pengendalian pembelian bahan baku dan produksi di PT. Philips Indonesia.

 

1.4         Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan dapat diperoleh adalah:

1.    Bagi Perusahaan

Penelitian ini akan memberikan suatu gambaran yang jelas akan pentingnya pengendalian intern dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat melakukan evaluasi diri dan mengambil tindakan yang perlu untuk memperbaiki sistem pengendalian intern yang ada saat ini.

2.    Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian ataupun study komparatif dalam mengevaluasi sistem pengendalian intern perusahaan pada umumnya. Melalui penelitian ini diharapkan pembaca dapat memperoleh masukan yang berarti dalam mengimplementasikan sistem pengendalian serta masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi.

3.    Bagi Ilmu Pengetahuan,

Khususnya dalam bidang akuntansi, penelitian ini akan menambah perbendaharaan karya ilmiah, khususnya mengenai aspek pengendalian, dengan harapan akan bermanfaat sebagai bahan masukan berupa studi kasus yang dapat dipelajari dan dipahami

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN  PUSTAKA

 

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian sistem dan Prosedur

Menurut Yogianto (1995:1) yang mengutip dari Jerry Fritz Gerald dan Warren D. Stalling, pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut “ Suatu sistem adalah suatu jaringan yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”.

Sedangkan prosedur menurut Yogianto (1995:1) mengutip dari Richard F. Neuschel, didefinisikan sebagai berikut: “Suatu prosedur adalah urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang mengerjakan, kapan (when) dikerjakan, dan bagaimana mengerjakannya.

Definisi sistem menurut Mulyadi (1993:2) sebagai berikut:

a.    Setiap sistem terdiri atas unsur-unsur.

b.    Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang bersangkutan.

c.    Unsur-unsur tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem.

d.    Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.

6

Pengertian prosedur menurut Zaki Baridwan (1990:3) adalah merupakan urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi yang sering terjadi.

 

2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Bodnard dan Hopwood (2000:23) sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.

Menurut Baridwan (1996:4) sistem informasi akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, menggolongkan, mengolah, menganalisa dan komunikasikan informasi keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan kepada pihak-pihak luar (seperti inspeksi pajak, investor dan kreditur ) dan pihak-pihak dalam (terutama manajemen ).

 

2.1.2.2 Tujuan Penyusunan Sistem Informasi Akuntasi

Tujuan umum penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

1.    Untuk memperbaiki informasi yang diberikan oleh sistem dalam kualitas, ketepatan waktu atau struktur dari informasi tersebut.

2.    Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yang berarti memperbaiki daya andal informasi akuntansi dan menyediakan catatan yang lengkap sebagai pertanggungjawaban dalam melindungi harta perusahaan.

 

3.    Untuk menurunkan biaya dalam menyelenggarakan catatan akuntansi.

Dari ketiga tujuan tersebut harus dipertimbangkan pada waktu penyusunan suatu sistem informasi akuntansi, sehingga dapat diharapkan tidak ada salah satu tujuan yang terlewatkan.

 

2.1.2.3 Faktor–faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan sistem informasi akuntansi

Penyusunan sistem informasi akuntansi untuk suatu perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting antara lain:

1.               Sistem informasi akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip cepat yaitu sistem informasi akuntansi harus menyediakan informasi yang diperlukan dengan cepat dan tepat waktu serta dapat memenuhi kebutuhan dan kualitas yang sesuai..

2.               Sistem informasi yang disusun harus memenuhi prinsip aman yaitu sistem informasi harus dapat membantu menjaga keamanan harta milik perusahaan.

3.               Sistem informasi akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip murah yang berarti bahwa biaya untuk menyelenggarakan sistem informasi akuntansi tersebut harus dapat ditekan sehingga relatif tidak mahal.

 

2.1.3 Teknologi Informasi

Dalam era globalisasi informasi yang berkembang sangat pesat, sistem informasi akuntansi mengalami banyak perubahan dalam tahun-tahun terakhir ini. Penggunaan teknologi komputer mendapat perhatian yang sangat besar karena memungkinkan manajemen informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat.

Untuk memahami Sistem informasi akuntansi berbasis komputer perlu pengenalan terhadap struktur kemampuan dan operasi dari komputer.

 

2.1.3.1 Komponen Utama Suatu Komputer

Menurut Cushing (1992 : 110) ”Komputer adalah suatu alat elektronik dengan kecepatan yang tinggi yang mampu melaksanakan serangkaian instruksi yang akan mernungkinkannya untuk melakukan serangkaian operasi tanpa campur tangan manusia”.

Sistem komputer merupakan kombinasi yang terintegrasi dari empat komponen yaitu hardware, software, procedure dan personnel.

Menurut Bordnar, George (2000 : 71) ”Sistem komputer merupakan kombinasi terpadu dari perangkat keras (Hardware), Perangkat lunak (software), komunikasi, sumber daya manusia, sumber daya informasi, dan prosedur-prosedur pemrosesan”.

Mcleod (1995 : 109) menjelaskan tentang komponen komputer tersebut sebagai berikut. Software adalah program-program dan prosedur-prosedur kerja yang dibutuhkan untuk mengintruksikan hardware dalam melakukan fungsinya. Sedangkan Hardware adalah peralatan fisik yang digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas dari sistem yang berbasis komputer, adapun komponen hardware sebagai berikut :

a.    Input Devices yaitu suatu alat atau media yang menerima input data untuk
diproses.

b.    Central processing unit (CPU) yaitu bagian internal komputer yang
berfungsi sebagai pusat pengolahan dan pengendalian dari keseluruhan
sistem pemrosesan data CPU yang terdiri dari bagian-bagian yang
masing-masing mempunyai tugas sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan
yang saling melengkapi.yaitu :

1.    Control unit adalah bagian yang bertugas mengendalikan dan mengkoordinasikan keseluruhan sistem kerja komputer.

2.    Arithmetic Logic unit (ALU) adalah bagian yang bertugas melaksanakan   perhitungan arithmatika dasar, penyusunan data, pemindahan data serta membandingkan data.

3.    Primary Memory Unit adalah bagian yang menerima data dan program
dari input devices dan penampungan ini hanya bersifat sementara saja.

c.    Output devices yaitu alat yang menerima hasil pengolahan dari CPU melalui unit penyimpanan dan memberikan hasil pengolahan.

 

2.1.3.2 Files

Dalam memproses data dengan komputer dikenal istilah file, file itu terdiri dari record-record yang menggambarkan kesatuan data yang sejenis, empat kategori utama file menurut Cushing yang disadur oleh Kosasi (1992 : 69) Yaitu:

a.    Master file (File Transaksi) : adalah suatu file permanent dari catatan-
catatan yang berisi data berjalan (Current) atau hamper berjalan yang secara teratur dimutakhirkan (up date).

b.    Transaction file (file transaksi) : adalah arsip catatan-catatan yang mencerminkan aktivitas berjalan dalam suatu organisasi yang dipakai untuk memutakhirkan suatu master file.

c.    Table file (file meja) : adalah suatu master file mengenai data referensi biasanya berupa angka/nomor yang dicari dan diperbaiki selama pengolahan data untuk membantu kalkulasi atau tugas akhir.

d.    Indeks file (file Indeks) : adalah suatu master file pengidentifikasian catatan dan lokasi penyimpanan file.

 

2.1.3.3 Pengertian Proses Data Elektronik (PDE)

Pemrosesan   secara   electronic   dalam   suatu   perusahaan   bukanlah sesuatu yang baru, karena banyak memberikan keuntungan pada perusahaan. Oleh sebab itu Electronic Data Processing (EDP) merupakan dasar dari Sistem informasi akuntansi di setiap perusahaan.

Pengertian Proses data Electronik (PDE) Menurut Bordnar (2000 : 4) adalah ”Pemanfaatan teknologi komputer untuk melakukan pemrosesan data-data transaksi dalam suatu organisasi”.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemrosesan data-data dalam perusahaan akan lebih efisien apabila diproses secara komputerisasi, mengingat beragam macam informasi dalam perusahaan menjadikan pihak manajemen tidak lagi memanfaatkan sistem manual dikarenakan banyak kekurangannya jika dibandingkan dengan sistem komputerisasi.

 

2.1.3.4 Sistem Pemrosesan Data

Menurut Cushing (1995 : 68) terdapat dua cara untuk memproses data melalui terminal yaitu :

a.    Batch processing (Sistem pengolahan data secara kelompok)

Pada sistem ini data termasuk dalam kelompok sejenis besar atau sampai pada waktu yang telah ditentukan, barulah data yang telah dikumpulkan tersebut diproses. Sistem ini tepat untuk digunakan pada aplikasi yang menyangkut volume transaksi yang dibutuhkan bersifat periodik.

b.    Online processing (Sistem pengolahan data secara langsung)

Metode ini mempunyai karakteristik yang tertentu, dimana setiap transaksi yang terjadi secara langsung dan segera digunakan untuk memperbaharui file indeks. Sistem ini tepat untuk diterapkan pada aplikasi yang membutuhkan informasi yang baru bila setiap saat diperlukan. Misalnya faktur penjualan yang telah kembali dari pelanggan dapat dimasukkan ke komputer dan akan diproses kedalam file yang berhubungan seperti file master piutang.

 
2.1.4 Sistem Pengendalian Intern

2.1.4.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (1993:165) sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian pengertian pengendalian intern tersebut di atas berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual dengan mesin pembukuan maupun computer.

 

2.1.4.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut:

  1. Menjaga catatan dan kekayaan organisasi

Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalahkan atau hancur karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi dengan pengendalian yang memadai.

2.              Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

3.              Manajemen memerlukan informasi keuangan yang teliti dan andal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Banyak informasi yang digunakan oleh manajemen untuk dasar pengambilan keputusan penting. Pengendalian intern dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan andal.

4.              Mendorong efisiensi.

5.              Pengendalian intern ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien.

6.              Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Untuk mencapai tujuan perusahaan, manajemen menetapkan kebijakan dan prosedur. Struktur pengendalian intern ditujukan untuk memberikan jaminan yang memadai agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan perusahaan.

 

2.1.4.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Unsur –unsur pokok pengendalian intern adalah sebagai berikut:

  1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
  2. Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.
  3. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan , hutang, pendapatan dan biaya.

Dalam organisasi, transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi terlaksananya setiap transaksi.

4.              Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi.

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya.

5.              Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktek yang sehat semuanya sangat tergantung pada manusia yang melaksanakannya.

 

2.1.4.4 Flowchart

Flowchart dipergunakan untuk menggambarkan proses kegiatan dalam suatu organisasi. Flowchart berupa bagan untuk keseluruhan sistem termasuk kegiatan-kegiatan manual dan aliran atau arus dokumen yang dipergunakan dalam sistem.

Penggambaran flowchart harus menggunakan cara-cara dan ketentuan-ketentuan yang berlaku secara lazim dalam sistem informasi akuntansi, sehingga tidak menimbulkan kebebasan yang tidak mempunyai standar dalam menggambarkan sistem. Dalam sistem informasi akuntansi diperoleh kesepakatan dari pihak-pihak yang berkompeten untuk digunakannya standar simbol yang dipakai untuk menggambarkan bagan atau flowchart.

Berikut ini akan disajikan simbol standar yang digunakan oleh analis sistem untuk membuat bagan alir dokumen yang menggambarkan sistem tertentu.

 

GAMBAR 2.1

Simbol Bagan Alir Dokumen

Simbol Nama Keterangan
 

 

Dokumen Digunakan untuk semua jenis dokumen. yang merupakan formulir untuk merekam transaksi
 

 

Dokumen rangkap Menggambarkan dokumen asli dan tembusannya
13

A

 

 

Berbagai dokumen Menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan bcrsama dalam satu paket
 

 

Catatan Menggambarkan caiatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data vang direkam sebelumnya di dalam dokumen
 

 

Penghubung pada halaman yang sama Menggambarkan alir dokumen dibuat mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri kekanan. Simbol penghubung yang memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi pada halaman tertentu dan kembali berjalan pada halaman yang sama.
 

 

Penghubung pada halaman yang berbeda Untuk menggambarkan bagan alir dokumen suatu sistem diperlukan lebih dari satu halaman.
 

 

Kegiatan manual Untuk menggambarkan kegiatan manual seperti : menerima order, mengisi formulir,membandingkan dll
 

 

Keterangan/komentar Untuk menambahkan komentar agar pesan yang disampaikan lebih jelas

 

 

 

Arsip sementara Menunjukkan tempat penyimpanan dokumen
 

 

Arsip permanen Menunjukkan tempat penyimpanan dokumen secara permanen yang tidak akan diproses lagi
 

 

On-line computer process Menggambarkan pengolahan komputer secara on-line
 

 

Keying, Typing Menggambarkan pemasukan data ke dalam komputer melalui on-line terminal
 

 

Pita magnetik Menggambarkan arsip komputer yang berbentuk pita magnetik
 

 

On-line storage Menggambarkan arsip komputer yang berbentuk on-line (di dalam memori komputer)
Ya

Tidak

 

 

Keputusan Menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan data. Keputusan yang dibuat ditulis dalam simbol |
 

 

Garis alir Menggambarkan arah proses pengolahan data
 

 

Persimpangan garis alir Jika dua garis alir bersimpangan, untuk menunjukkan arah masing-masing garis, salah satu garis dibuat melengkung
 

 

Pertemuan garis alir Digunakan jika dua garis alir bertemu dan salah satu garis mengikuti garis lainnya
 

 

Mulai/berakhir Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi
Dari pemasok

 

 

Masuk ke sistem Menggambarkan kegiatan diluar sistem masuk ke dalam alir sistem
Ke sistem penjualan

 

 

Keluar ke sistem lain Menggambarkan kegiatan (di luar sistem) keluar dari sistem

Sumber : Mulyadi. 1993 Sistem Akuntansi. Edisi 3. h. 60-63

2.1.5 Sistem dan prosedur pembelian bahan baku

2.1.5.1 Pengertian dan tujuan sistem dan prosedur pembelian bahan baku

Sistem dan prosedur pembelian mengatur cara-cara dalam melakukan semua pembelian baik barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tujuan dari sistem dan prosedur pembelian bahan baku adalah:

  1. Mencegah pemborosan, karena membeli barang yang seharusnya tidak diperlukan
  2. Mencegah permainan harga yang dapat merugikan perusahaan.
  3. Mencegah pembelian fiktif.
  4. Memperpendek masa transaksi dari mulai pesanan sampai barang datang.

 

2.1.5.2 Fungsi- fungsi yang terkait dalam pembelian bahan baku

Fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pembelian bahan baku adalah sebagai berikut:

1.               Fungsi Gudang

Dalam sistem akuntansi pembelian bahan baku, fungsi gudang bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian bahan baku kepada fungsi pembelian sesuai dengan persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan barang.

2.               Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang terpilih.

3. Fungsi Penerimaan

Fungsi penerimaan bertanggung jawab untukmelakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima perusahaan. Fungsi ini juga bertanggung jawab menerima barang dari transaksi retur penjualan.

4. Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi bertanggung jawab terhadap pencatatan hutang dan pencatatan persediaan. Fungsi pencatatan hutang bertanggung jawab mencatat terjadinya hutang, sedangkan fungsi pencatatan persediaan bertanggung jawab mencatat harga pokok barang yang dibeli ke dalam kartu persediaan.

 

2.1.5.3 Jaringan prosedur yang membentuk  sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku

Jaringan prosedur yang membentuk sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku adalah sebagai berikut:

1.               Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku

Dalam prosedur permintaan pembelian bahan baku ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian bahan baku dalam formulir surat permintaan pembelian bahan baku kepada bagian pembelian.

2.               Prosedur permintaan penawaran Harga dan Pemilihan Pemasok

Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada pemasok atas dasar harga yang relatif di bawah standar untuk mendapatkan informasi tentang harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain, untuk memungkinkan pilihan pemasok yang akan dituju oleh perusahaan.

3.               Prosedur Order Pembelian

Dalam prosedur order pembelian ini, fungsi pembelian mengirimkan surat order pembelian kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kapada unit-unit organisasi lain dalam perusahaan tentang order pembelian yang telah dikeluarkan.

4.               Prosedur Penerimaan Barang

Dalam prosedur ini, fungsi penerimaan barang melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas dan mutu barang yang diterima dari pemasok dan kemudian membuat laporan penerimaan barang.

5.               Prosedur Pencatatan Hutang

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembelian dan menyelenggarakan pencatatan hutang atau mengarsipkan sumber sebagai pencatatan hutang.

6.               Prosedur Distribusi Pembelian

Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebet dari transaksi pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan manajemen.

 

2.1.5.4 Dokumen yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:

1.               Surat Permintaan Pembelian (SPP).

2.               Surat Permintaan Penawaran Harga (SPPH).

3.               Surat Order Pembelian (SOP).

4.               Laporan Penerimaan Barang (LPB).

5.               Surat Perubahan Order (SPO).

6.               Bukti Kas Keluar (BKK).

 

2.1.5.5 pengendalian intern sistem dan prosedur pembelian bahan baku

Sistem pengendalian intern yang terjadi dalam sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku adalah sebagai berikut:

1.               Diadakan pemisahan fungsi antara fungsi pembelian dan fungsi penerimaan, fungsi akuntansi, fungsi penyimpanan barang.

2.               Perlu adanya sistem otorisasi dan prosedur pencatatan data-data akuntansi yang berkaitan dengan pembelian, sistem otorisasi dan prosedur pembelian adalah sebagai berikut:

a.               Surat permintaan pembelian oleh fungsi gudang, untuk barang yang disimpan di dalam gudang, atau oleh fungsi pemakaian barang, untuk barang yang langsung dipakai.

b.               Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian atau pejabat yang lebih tinggi.

c.               Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang.

d.               Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi atau pejabat yang lebih tinggi.

e. Pencatatan terjadinya hutang didasarkan pada bukti kas keluar yang didukung dengan surat order pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari pemasok.

f. Pencatatan ke dalam kartu hutang dan register bukti kas keluar diotorisasi dengan fungsi akuntansi.

3.               Adanya praktek yang sehat di dalam sistem pembelian bahan baku.

  1. Surat permintaan pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi gudang.
  2. Surat order pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian.
  3. Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penerimaan.
  4. Pemasok dipilih berdasarkan jawaban atas penawaran harga dari para pemasok.
  5. Barang hanya diperiksa dan terima oleh fungsi penerimaan jika fungsi ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.
  6. Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari pemasok dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan membandingkannya dengan tembusan surat order pembelian.
  7. Terdapat pengecekam terhadap harga, surat pembelian dan ketelitian perkalian dalam faktur pemasok sebelum faktur tersebut diproses untuk dibayar.
  8. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu hutang secara periodik di rekonsiliasi dengan rekening kontrol hutang dalam buku besar.
  9. Pembayaran faktur dari pemasok dilakukan sesuai dengan syarat pembayaran guna mencegah hilangnya kesempatan untuk memperoleh potongan tunai.
  10. Bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya dicap lunas oleh fungsi pengeluaran kas setelah cek dikirim ke pemasok.

 

 

 
2.1.5.6 Flow chart sistem dan prosedur pembelian bahan baku

 
2.1.6 Sistem dan Prosedur Produksi

2.1.6.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Produksi

Menurut Assauri (2001:75) proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana yang ada).

Menurut Baroto (2002:13) Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, di mana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal dan tindakan manajemen.

 

2.1.6.2 Fungsi-fungsi yang terkait Dalam Produksi

  1. Bagian Order Penjualan

Bagian order penjualan bertanggung jawab atas penerimaan order dari langganan dan meneruskan order tersebut ke departemen produksi untuk diproses sesuai dengan formulir yang disediakan. Bagian order penjualan melayani order dari langganan berdasar persediaan produk jadi yang ada di gudang.

  1. Departemen Produksi

Departemen produksi berfungsi untuk membuat perintah produksi bagi bagian-bagian yang ada di bawahnya yang terkait dalam pelaksanaan proses produksi dari bagian order penjualan. Departemen produksi biasanya dibantu oleh bagian perencanaan dan pengawasan produksi dalam pembuatan order produksi tersebut. Order produksi dituangkan dalam bentuk tertulis dalam dokumen order produksi yang dilampiri dengan surat kebutuhan bahan dan daftar kegiatan produksi.

  1. Bagian Produksi

Bagian ini bertanggung jawab atas pelaksanaan produksi sesuai surat order produksi yang diterima dari departemen produksi dan daftar bahan serta daftar kegiatan produksi yang melampiri surat order produksi tersebut.

  1. Bagian Perencanaan dan Pengawasan Produksi

Bagian ini berfungsi sebagai staff pembantu departemen produksi dalam merencanakan dan mengawasi kegiatan produksi.

  1. Bagian Gudang

Bagian ini bertanggung jawab atas pelayanan permintaan bahan baku, bahan penolong dan barang lain yang digudang. Selain itu bagian ini juga berfungsi untuk menerima produk jadi yang diserahkan oleh fungsi produksi.

 

2.1.6.3 Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Pengendalian Produksi

  1. Prosedur Order Produksi

Dalam prosedur ini surat order produksi dikeluarkan untuk mengkoordinasikan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Surat order produksi ini dikeluarkan oleh departemen produksi berdasar order dari pembeli yang diterima fungsi penjualan.

2.    Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang

Prosedur ini digunakan untuk meminta bahan dari gudang

  1. Prosedur Pencatatan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung

Pelaksanaan kegiatan produksi memerlukan prosedur pencatatan jam tenaga kerja langsung dalam hubungannya dengan order produksi yang bersangkutan.

  1. Prosedur Produksi Selesai

Order produksi yang telah selesai dikerjakan perlu diserahkan dari fungsi produksi ke fungsi gudang. Prosedur produk selesai merupakan prosedur penyerahan produksi selesai dari fungsi produksi ke fungsi gudang.

 

2.1.6.4 Dokumen yang Digunakan dalam Sistem Produksi

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian produksi menurut Mulyadi (2001:413) adala sebagai berikut:

  1. Surat order produksi

Dokumen ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait dengan proses pengolahan produk untuk memproduksi sejumlah produk dengan spesifikasi, cara produksi, fasilitas produksi, dan jangka waktu tertentu.

  1. Daftar kebutuhan bahan

Dokumen ini merupakan daftar jenis dan kuantitas bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi produk sesuai pesanan.

  1. Daftar kegiatan produksi

Dokumen ini merupakan daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin yang diperlukan untuk memproduksi produk.

  1. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang

Dokumen ini merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk meminta bahan baku dan bahan penolong untuk memproduksi suatu produk.

  1. Bukti pengembalian barang gudang

Dokumen ini merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk mengembalikan bahan baku dan bahan penolong ke fungsi gudang. Pengembalian ini umumnya disebabkan karena adanya sisa bahan yang tidak dipakai dalam proses produksi.

  1. Kartu jam kerja

Dokumen ini merupakan kartu untuk mencatat jam kerja tenaga kerja langsung.

  1. Laporan produk selesai

Laporan produk selesai dibuat oleh fungsi produksi untuk memberitahukan selesainya produksi pesanan kepada fungsi perencanaan dan pengendalian produksi, fungsi gudang, fungsi penjualan, dan fungsi akuntansi persediaan dan akuntansi biaya.

 

2.1.6.5 Pengendalian Intern Sistem dan Prosedur Produksi

Menurut Assauri (1993:148) pengendalian produksi adalah kegiatan untuk mengkoordinir aktivitas-aktivitas pengerjaan agar waktu penyelesaian yang telah ditentukan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Ada dua jenis pengendalian intern untuk produksi, yaitu:

1.    Flow control, yaitu pengendalian produksi yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran proses pekerjaan dimana suatu tingkat hasil tetap. Jenis pengendalian ini dilakukan untuk proses produksi terus-menerus yang memiliki arus yang relatif tetap, mesin yang digunakan khusus, dan hasil produksinya mempunyai bentuk dan jenis yang sama dalam jangka waktu tertentu. Dalam pengendalian arus dilakukan suatu koordinasi dari suatu arus pekerjaan menurut cara yang telah ditentukan semula.

2.    Order control, yaitu pengendalian pengerjaan pesanan di mana pengendalian dilakukan terhadap produk yang dikerjakan, sehingga dapat sesuai dengan keinginan si pemesan baik mengenai bentuk, jenis, dan kualitasnya. Pada pengendalian jenis ini digunakan pada proses produksi terputus-putus, dimana mesin yang digunakan adalah mesin serbaguna dan barang yang diproduksi mempunyai bentuk dan jenis yang berbeda-beda sesuai dengan pesanan.

Standar produksi dibuat dan diterapan pada setiap bagian pada proses produksi secara keseluruhan. Dalam pengendalian produksi ada tiga standar yang harus dipenuhi, yaitu: Standar waktu. Untuk menentukan standar waktu dibutuhkan penelitian mengenai variasi dari waktu untuk setiap bagian dari proses produksi. Standar waktu diwujudkan dalam skedul produksi.

1.    Standar biaya. Standar biaya dibuat atas kerjasama dengan bagian akuntansi biaya. Pengendalian biaya dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan terhadap standar biaya.

2.    Standar kualitas. Standar kualitas dibuat berdasarkan hasil penelitian terhadap kualifikasi produk yang diinginkan oleh pelanggan. Standar ini diperlukan untuk menilai apakah produk yamg dihasilkan sudah sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan pelanggan.

 

2.1.6.6

Forecasts

and orders

Production orders

and schedules

Product

specifications

Standard costs and

overhead rates

Materials

requisitions

Production

data

General

ledger

On-line production

Information

system

Manufacturing

control

specifications

CIM

interface

Instruction and schedules

Factory work

stations

Sales

Factory Work Stations

Inventory

Cost Accounting

Engineering

Production planning

Production

cycle

data

base

 

Master production schedule

 

 

Work in-process

 

 

Production orders

 

 

Inventory

 

Operation List

 

Bill of materials

Production status report

Production status report

Cost analyses

Performance reports

Inquiry processing system

Cost accounting

Production   planning

Factory supervisors

Sales

2.1.6.7                  Flow Chart Sistem dan Prosedur produksi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Marshall B. Romney & Paul John Steinbart, hal 525
BAB III

METODA PENELITIAN

 

 

3.1 Definisi Operasional

1.    Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Bahan Baku

Sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku merupakan suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan pembelian bahan baku dalam rangka menyediakan bahan guna mencapai tujuan perusahaan.

  1. Sistem Informasi Akuntansi Produksi

Merupakan suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan produk guna mencapai tujuan perusahaan.

  1. Sistem Pengendalian Intern

Adalah semua cara dan struktur organisasi serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap kekayaan yang dimiliki perusahaan dengan melakukan pemeriksaan ketelitian dan kebenaran data akuntansi. Selain itu juga untuk memajukan tingkat efisiensi dalam operasi.

31
3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pada skripsi ini adalah sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku dan sistem informasi akuntansi produksi yang diterapkan oleh PT. Philips Indonesia yang berlokasi di Jalan Brebek Industri I Kav 5-19 Sidoarjo 61256 sebagai penyedia informasi untuk perencanaan dan pengendalian pembelian bahan baku dan produksi. Lingkup penelitian ini hanya teratas pada pengevaluasian sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku dan sistem informasi akuntansi produksi yang telah diterapkan di perusahaan. Diawali dengan meneliti sistem yang sedang berjalan, kemudian berdasarkan penelitian tersebut peneliti mencoba memberikan masukan untuk melengkapi kekurangan-kekurangan dari sistem tersebut.Usulan ini daharapkan dapat membantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian proses pembelian bahan baku dan produksi.

 

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dijelaskan sebagai berikut:

  1. Data primer, data yang diperoleh langsung dari perusahaan meliputi observasi dan wawancara langsung terhadap pihak manajemen dan karyawan perusahaan di lokasi penelitian.
  2. Data sekunder, data yang diperoleh dari hasil olahan yang sudah ada di lokasi penelitian berupa dokumen-dokumen dan prosedur.

 

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

  1. Observasi langsung, melakukan pengamatan terhadap prosedur dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengendalian pembelian bahan baku dan produksi dengan jalan antara lain melakukan peninjauan dokumen dan catatan.
  2. Wawancara, dilakukan kepada pihak terkait dalam pengendalian pembelian bahan baku dan produksi.
  3. Pengamatan, dilakukan apabila hasil wawancara masih belum menggambarkan sistem informasi akuntansi secara jelas.

 

3.5         Teknik Analisa

Analisa permasalahan dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari perusahaan untuk menemukan permasalahan yang ada, kemudian dibandingkan dengan teori yang diperoleh dari berbagai literatur untuk selanjutnya ditarik kesimpulan permasalahan. Langkah-langkah teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang dipahami perusahaan.
  2. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan sistem pengendalian intern pembelian bahan baku dan produksi yang diterapkan perusahaan.
  3. Mengevaluasi struktur pengendalian intern pembelian bahan baku dan produksi kemudian membandingkannya dengan teori-teori yang diperoleh dari literatur.
  4. Menyimpulkan kelemahan dan menyarankan perbaikan terhadap sistem pengendalian intern pembelian bahan baku dan produksi yang selama ini dijalankan perusahaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Assauri, Sofjan. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 4. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

 

Schulties, Robert. 1998. Management Information Systems : The Manager’s View. USA : Southern Illinois University.

 

Mulyadi, 1993. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

 

Bodnar, George H. and William S. Hopwood. 2000. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Indonesia. Terjemahan. Jakarta : Salemba Empat.

 

Baridwan, Zaki. 1998. Sistem Akuntansi : Penyusunan Prosedur dan Kerangka Dasar. Surabaya : Penerbit Citra Media.

 

Yogianto, HM. 1995. Analisis dan Desain Sistem. Edisi Keempat. Yogyakarta : Andi Offset.

 

Mcleod, Jr. Raymond dan George Schell. 2001. Management Information System. Edisi Ketujuh. New Jersey : Prentice Hall International Inc.

 

Gellinas, Ulric J. 2002. Accounting Information System. 5th Edition. USA: Southwestern Publishing.

 

Hartono, Jogiyanto. 2001. Sistem Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur. Edisi Kedua. Yogyakarta: Andi Offset.

 

McLeod, Jr, Raymond dan george Schell. 2001. Management Information System. 7th Edition. New Jersey: Prenctice Hall International Inc.

 

O’Brien, James. A. 2002. Management Information System: Managing Information Teknology In The Internet-Worked Enterprise. 4th Edition. USA: Shouthern Illinois University at Edwardsville.

 

sumber : http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:JOsxJGbDplcJ:sangpenguasa.atwiki.com/file/open/2/Sistem%2520Informasi%2520Akuntansi.doc+latar+belakang+tentang+sistem+informasi+akuntansi&hl=id&gl=id

 

h1

LATAR BELAKANG PROBLEMATIKA sistem informasi akuntansi

Desember 23, 2010

A. LATAR BELAKANG PROBLEMATIKA

Pada umumnya badan usaha didirikan
dengan tujuan
memperoleh 1aba. Oleh karena itu dalam nenentukan pada bi-
dang usaha apa badan usaha akan bergerak,
badan usaha
harus memperhatikan kebutuhan konsumen agar tuiuan terse-
but dapat tercapai.
Bidang usaha Targe retai lrng nerLtpa-
kan salah satu bidang usaha eceran yang mempunyai iang-
kauan yang luas dalam variasi
produknya. Bidang usaha ini
merupakan bentuk perwujudan
dari
pemenuhan kebutuhan
konsumen akan tempat belanja
-\- ang menawarkan one slop
shopping, Department store, supermarket, toserba, merupa-
kan contoh dari bidang usaha tersebut yang semakin menja-
mur keberadaannya ahhir-akhir
ini.
Ditarnbah dengan semakin tingginya
teknologi
yang
diterapkan
dalam dunia usaha, rnaka semakin tinggilah
tingkat
persaingan
yang ada antar badan usaha eceran
sejenis.
Badan usaha yang telah lahir harus dapat memper-
tahankan diri
masing-masing
untuk dapat survive
dari
kancah persaingan yang ada, dan kemudian memaksimalisbsi-
kan perolehan laba. Dengan kata lainr badan usaha dltuntut
agar dapat menjalarrkan usahanya seefektif
mungkin. Untuk

itu segala aktivitas
termasuk aktivitas
pengambifan kepu-
tusan yang dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan
badan
usaha perlu diperhatikan.
Bagi badan usaha dagang sediaan merupakan asset yang
mempunyai nilai
yang besar dari keseluruhan aktiva yang
diniliki,
dan merupakan asset penting dalarn perolehan laba
usaha melalui operasi norma.L usaha. Ketidaktepatan
dalam
pena-nganan sediaan, baik meliputi ketidaktepatan
investa-
si pada jenis,
jumlah sediaan, dan saat pembelian, maupun
keterlambatan atau tidak adanya tindak koreksi yang dibu-
tuhkan, mengakibatkan
timbulnya
ketidakseirnbangan
dari
investasi
sediaan ditinjau
dari segi kebutuhan konsumen.
HaI tersebut
dapat mempengaruhi citra
usaha dalam pan-
dangan konsumen, sekaligus menghambat usaha pengoptinali-
sasian laba usaha. Dengan demikian pihak rnanajemen perlu
melakukan aktivitas
pengendalian
terhadap sediaan,
yang
neliputi
rupiah controf,
naupun unit contro_l . pelaksanaan
pengendalian
tersebut
memerlukan adanya aktivitas
peman-
tauan atas apa yang terjadi’pada
sediaan, diikuti
dengan
pelaksanaan t,indak koreksi terhadap keadaan yang nemerlu-
kan, serta perencanaan terhadap t i ndakan- t indakan selan-
Jutnya. HaI tersebut tidak dapat dilakukan dengan begitu
saja.
Tingginya
tingkat
persaingan,
adanya penggunaan
personil
dalam pembagian tugas dan tanggungjawab,
adanya
jumlah transaksi
yang tinggi,
serta banyaknya jenis se-

diaan menyebabkan infornasi
yang berkaitan
dengan sediaan
nutlak diperlukan
oleh pihak nanajenen yang bersangkutan,
agar manajemen berada pada posisi
yang paling tepat dalan
aktivitas
penganbilan
keputusan yang akan dilakukan.

B. PROBLEMATIKA

Toserba “X” sebagai badan usaha eceran nenpunyai
banyak jenis produk dengan karakteristik
yang dapat ber-
l-ainan.
DaIam penanganannyar. toserba
tersebut
tidak
ne-
ngunpulkan cukup data ya.ng relevan berkaitan
dengan tran-
saksi sediaan yang terjadi
baik transaksi
eksternal
naupun
internal , pada dokumen transaksi.
Disanping itu juga tidak
terdapat
aktivitas
perhitungan
fisik
terhadap kelompok
sediaan tertentu
yang memerlukannya.
Ditunjang
oleh tidak diterapkannya
metode pencatatan
dan penilaian yang tepat, naka praktis aktivitas
pengolah-
an nenjadi sulit
untuk dilakukan.
Tanpa adanya pengolahan
maka inforrnasi
yang diperlukan
juga tidak dapat dihasil-
kan, dengan kata l-ain pihak nanajenen tidak dapat mengeta-
hui apa yang terjadi
pada (hal-hal
yang berkaitan
dengan)
sediaannya. Seperti berapa niLai sediaan pada suatu saat,
berapa besarnya Iaba usaha, kelompok sediaan mana yang
menpunyai nilai
/ penjualan
/ Iaba / kehilangan
yang
terbesar
atau terkecil,
bagaimana perputaran
dan umur

sediaan, ataupun kualitas
fisik sediaan.
Akibatnya,
pihak nanajenen tidak dapat rnenginvestasi-
kan modalnya pada sediaan dalam jenisl
junlah,
atau waktu
yang tepat,
selain
itu juga tidak dapat melakukan tindak
koreksi yang diperlukan
pada saat yangl tepat. Keadaan over
stock atau undet stock sering terjadi.
Produk usang atau-
pun rusak sering diketahui
nelalui
penberitahuan
dari
konsurnen. Jika hal-hal
tersebut
dibiarkan
terus-menerus,
dapat nenimbulkan
citra
yang buruk bagi konsumen, serta
rnengurangi perolehan laba usaha. Dengan kata }ain, nemberi
pengaruh buruk bagi usaha manajemen dalam mengoptinalisa-
sikan perolehan laba.

C. RUANG LINGKUP PROBLEMATIKA

Mengingat konpleksnya pernasalahan
yang akan ditanga-
ni, maka pembahasan yang dilakukan
dibatasi
hanya pada
sistem informasi
akuntansi
sediaan saja untuk kepentingan
pengendalian
sediaan pada toserba
yang bersangkutan,
naksudnya :
1. Data yang akan dikunpulkan
delan sisten informasi
akun-
tansi sediaan hanya neliputi
data penbelian,
penindah-
an, dan penjualan saj a.
2. Aktivitas
atau transaksi yang terlibat
adalah transaksi
yang dapat nemberikan data-data
tersebut,
yaitu
tran-

3.
4.

1.
saksi pembelian, penjualan,
dan perhitungan
fisik
se-
diaan, tetapi
pembahasannya dibatasi
hanya pada saat-
saat yang relevan
dengan saat perolehan
data saja.
Sedangkan saat-saat diluar relevansi dari saat peroleh-
an data maupun transaksi
Iainnya di luar transaksi
di
atas tidak termasuk dalam pembahasan,
Jika pada sebagian produk yang dijual
dapat diterapkan
metode pencatatan
perpetual r baik terhadap
sediaan
dalan satuan unit,
maupun dalam satuan rupiah (nilai
costnya) rnaka untuk produk-produk tersebut tidak diba-
has sistem inforrnasinya.
Infornasi
yang ingin
dihasilkan
nantinya
dibatasi
hanya inforrnasi
untuk kepent ingan rup iah dan uni t
control saja’ yang berasal dari pengolahan data diatas.
Tnformasi
lainnya
untuk kepentingan
pengelolaan
se-
diaan, di luar informasi
yang dapat dihasilkan
dari
data tersebut
maupun diluar
kepentingan
pengelolaan
sediaan t i.dak dibahas.
D. TARGET RAIHAN EKSPOSISI
Membantu pimpinan badan usaha dalam upaya menyajikan
informasi
sediaan, sehingga dapat membantu pelaksanaan
pengendal ian atas sed i aan .
Membantu para pengelola
badan usaha eceran sejenis

t

Iainnya yang mempunyai masalah serupa.
3. Menambah pengetahuan para pembaca tentang sistem lnfor-
masi akuntansi untuk pelaksanaan pengendalian
sediaan
dalam toko serba ada.
E. ACUAN EKSPOSISI YANG LAIN
Dari tinjauan
kepustakaan yang telah dilaksanakan,
ditenukan
adanya
skripsi-skripsi
terdahulu
yang juga
rnembahas peranan sistem informasi akuntansi dalam menyaji-
kan informasi
guna perencanaan, pengendalian dan pengam-
bilan
keputusan untuk perusahaan dagang eceran tetapi
dalarn topik bahasan yang berbeda, seperti :
1. Sistem lnformasi
sediaan digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam pelaksanaan transaksi
Iainnya,
bukan
bertujuan untuk pengendalian sediaan itu sendir j-.
Metode pencatatan yang dilaksanakan
adalah perpetual ,
baik pencatatan sediaan dalam satuan unit maupun dalam
satuan rupiah ( nilai costnya).
Pengendalian
yang dibahas adalah pengendalian
untuk
rnenjaga keamanan sediaan dan menjamin keakuratan data
akuntansi,
bukan pengendalian
da1am arti
pemantauan
atas pelaksanaan kegiatan untuk pengambilan keputusan
tindak koreksi dan perencanaan berikutnya.

3.

skri psi-skripsi
te rsebut
tidak
Dengan demikian,

digunakan
secara penuh sebagai acuan dalam penulisan
skripsi
ini.
F. ACUAN TEORI
Untuk penbahasan masalah yang ada dalan skripsi
ini
akan digunakan acuan teori tersebut
di bawah ini :
1. Pengertian data dan informasi
2. Sistem informasi akuntans i
3. Hubungan sistem infornasi
akuntansi dengan organisasi
4. Komponen sisten informasi
akuntansi
5. Sediaan dan pengendal ian
6. Metode pencatatan dan penilaian
7. Sistern informasi akuntansi sediaan
G. ACUAN DATA DAN INFORMASI
Data dan infornasi
sebagai bahan dalam penyusunan
skripsi
ini diperoleh
rnelalui prosedur pengunpulan
dan
pengolahan data yang dilakukan,
sebagai berikut
:
1. Survei Pendahuluan
Yaitu survei untuk nendapetkan ganbaran tentang keadaan
badan usaha dalam rangka nenernukan masalah yang berka-
ita.n dengan informasi sediaan.
2. Studi Xepustakaan

a

yaitu studi yang dilaksanakan
dengan cara mempelajari
Iiteratur-literatur
dan karya-karya
ilmiah yang diper-
lukan sebagai Iandasan teoritis
dan dasar analisis
dalam pemecahan masalah pada skripsi
ini.
Survei Lapangan
yaitu pengumpulan data secara langsung ke badan usaha
yang bersangkutan
melalui
wawancara dengan pimpinan
serta observasi terhadap obyek yang diteliti,
seperti:
fornulir-formulir
yang digunakan .
Pengolahan dan Penyusunan
Maksudnya data yang dikurnpulkan dianalisis
dengan teori
yang ada untuk dapat ditemukan pemecahan masalahnya.

A

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam penyusunan skripsi
ini’
supaya lebih
mudah
dipahani secara keseluruhan
maka sistematika
pembahasan
dibagi menjadi 5 bab sebagai berikut
:

uao t

: Pendahuluan
Berisikan latar belakang problematikar
problema-
tika,
ruang lingkup problematika’
target raihan
eksposisl,
acuan eksposisi
yang Iain’
acuan
teori,
acuan data dan informasi ‘ dan sistenatika
pembahasan,
: Landasan Teor i
Bab II

Bab III :
Berisikan uraian tentang teori-teori
yang digu-
nakan sebagai landasan dalam pemecahan rnasalah,
meliputi
: pengertian data dan inf orrnasi, slstem
informasi
akuntansi,
sistem informasi
akuntansi
dan organisasi,
komponen sistem inforrnasi akun-
tansi, sediaan, pengendalian, rnetode pencatatan,
metode penilaian,
sistem informasl
akuntansi
sediaan untuk pengendalian sediaan.
Gambaran Umum Badan Usaha
Berisikan uraian tentang keadaan toserba “X” me-
liputi
: sejarah
singkat
badan usaha, ruang
Iingkup
usaha, alat
pencatat
dan pengolahan
data,
struktur
organisasi , sistem
informasi
akuntans i sedi.aan,
serta
pengendal ian se-
d i aannya ,
Pembahas an
Berisikan pembahasan dan pemecahan masalah yang
ada dengan menggunakan landasan teoritis.
Konklusi”, Irnplikasi,
dan Rekornendas i
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, pada
bab terakhir
ini diketengahkan konklusi,
impli-
kasi, dan rekomendasi yang dianggap perlu.
Bab IV
Bab V

h1

Audit Sistem Informasi

Desember 23, 2010

 

Audit Sistem Informasi
Latar Belakang

Pertemuan ke-2

Fungsi Audit

  • Bermunculan Perusahaan  Go Public
    • Go public à Good corporate governance?
    • Audit untuk fakultas teknik?
  • Sebuah perusahaan didukung oleh sistem operasional & sistem konsepsional (sistem informasi)
    • Dibutuhkan untuk memberikan feed back
    • Berupa informasi yang memiliki value added

Fungsi Audit

  • Untuk memastikan  apakah sistem informasi telah dirancang dan  diterapkan sesuai dengan prosedur dan standar  yang telah diteapkan
    • perlu dilakukan audit terhadap sistem informasi

Standar Profesi  & Prosedur Operasional

  • Standar Profesi
    • Knowledge, skill dan professional attitude yang harus dimiliki untuk dapat melakukan kegiatan profesinya
  • Prosedur Operasional
    • Instruksi yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu prosedur kerja rutin tertentu

Organisasi Akuntan

  • IIA – institue  of Internal Auditors
  • AAA – American Accounting Association
  • ISACA – Information System Audit and Control Association
    • Satu-satunya asosasi bagi profesi audit sistem informasi.
    • Mengeluarkan sertifikasi CISA

Siapa yang  melakukan Audit

  • Kegiatan general  audit/financial statements dilaukan oleh akuntan
  • Audit yang bukan bersifat general audit tidak harus dilakukan oleh para akuntan
    • Terutama yang melakukan audit terhadap operation dan management audit
  • Di Amerika seorang CPA tidak harus memiliki pendidikan formal sarjana akuntansi

Siapa yang  melakukan audit

  • Dengan berkembangnya  teknologi informasi, maka auditor harus memiliki  kemampuan di bidang tersebut
    • Hal ini diakomodasi oleh bidang sistem informasi dan komputer akuntansi
    • Diharapkan kedua jurusan tadi memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi dan akuntansi
      • Technical Skill/hard skill & soft skill

Pendidikan

  • STAN
    • Audit sistem informasi,
    • Teknik audit sampling
    • Psikologi Audit
  • BINUS (pioneer)
    • Pengelolaan Fungsi audit
    • Komputerisasi akuntansi (dibawah fakultas ilmu komputer)

Tinjauan Umum  dan Perkembangannya

  • Audit – dari  bahasa latin – audiere (hear)
    • Memiliki makna hearing about the accounts’ balance oleh pihak ke tiga
  • Disebutkan sebagai salah satu the old profession in the world
  • Berkembang menjadi bidang audit yang lain:
    • Audit internal
    • Audit teknologi informasi

Struktur jasa  akuntan/auditor

  • Assurance Service
    • Jasa atestasi
      • Audit
      • Memperbaiki kualitas sistem, mengukur kinerja, tes mutu sistem pemeliharaan, uji keterandalan sistem informasi.
  • Non Assurance
    • Tidak melakukan pengujian dan menerbitkan pendapat tentang kehandalan asersi tertulis.
      • Konsultasi perpajakan, konsultasi manajemen

Jenis-Jenis Audit  – berdasar bidang

  • Audit keuangan
  • Audit operasional (management audit)
  • Audit ketaatan (complience audit)
  • Audit sistem informasi
  • Audit E-Commerce
  • Audit Forensic

Jenis-Jenis Audit  – berdasar Auditor

  • Auditor Ekstern  Independen
  • Auditor Internal
  • Auditor di lingkungan pemerintahan
  • Auditor Perpajakan

Audit Sistem Informasi

  • Meliputi:
    • Tata kelola teknologi informasi secara menyeluruh
    • Audit pengembangan sistem informasi (SDLC), satu jenis aplikasi tertentu

Audit Sistem Informasi – Sejarah Awal

  • Di America
    • Univac – Komputer yang digunakan untuk sensus
    • 1959 – komputer digunakan untuk pembukuan
    • IBM360 – mainframe untuk kebutuhan akuntansi
      • Muncul istilah audit arround computer
    • EEDPAA – electronic data processing auditors association lahir tahun 1969
      • Mengeluarkan control objective (sejak tahun 1994 disebut CobIT)
      • Dianggap sebagai international set of generally accepted IT control objectives for day-to day use by business managers, users of it and IS auditors

Audit Sistem Informasi

  • Sebagai audit tersendiri  – perlu dilakukan untuk memeriksa tingkat  kematangan atau kesiapan suatu organisasi dalam  melakukan pengelolaan teknologi informasi
  • Level of maturity dapat dilihat dari awareness dari para stake holder
    • Karenanya sebuah penerapan it harus melalui tahapan perencanaan yang baik.

Kebutuhan Audit  Sistem Informasi

  • General Financial  Audit
    • Audit objective sesuai dengan standar akuntansi keuangan
    • Referensi model adalah COSO (committee of sponsoring Organization)
  • IT Governance
    • Audit operasional terhadap manajemen pengelolaan sumberdaya informasi
    • Aspek-aspek:efektifitas, efesiensi, data integrity, save guarding asset, reliability, confidentiallity, availability, security.

Audit Sistem Informasi – IT Governance

  • Selain dapat dilakukan  untuk sistem secara menyeluruh, dapat juga  dilakukan terhadap:
    • General information review
      • Audit terhadap sistem informasi
    • Quality Assurance
      • Auditor (bukan anggota tim pengembang), membantu meningkatkan kualitas dari sistem. Auditor mewakili pimpinan proyek.
    • Postimplementation Audit
      • Apakah sistem perlu dimutakhirkan atau diperbaiki atau dihentikan.
      • Istilah audit arround dan audit through the computer tidak berlaku lagi pada audit jenis ini

Audit Sistem Informasi

  • Karena yang diaudit  ialah tata kelola TI, maka yang diperiksa  adalah ti itu sendiri
    • Karena itu istilah audit arround the computer dan audit through the computer tidak relevan lagi
  • Audit TI/SI tidak bersifat wajib
    • Adanya aktifitas TI merupakan bentuk kesadaran dari pihak manajemen

Audit Sistem Informasi – Faktor

  • Mendeteksi apakah  komputer dikelola secara kurang terarah
    • Tidak ada visi, misi, perencanaan teknologi informasi, tidak ada pelatihan
  • Mendeteksi resiko kehilangan data
  • Mendeteksi resiko informasi yang tidak akurat, berdasarkan data yang salah.
  • Menjaga aset
  • Mendeteksi error komputer

Audit Sistem Informasi – Faktor (2)

  • Mendeteksi resiko  penyalahgunaan komputer
  • Menjaga kerahasiaan
  • Meningkatkan pengendalian evolusi penggunaan komputer/perkembangan ke depan

Pengelolaan TI – Level  of Maturity

  • Non Existence
    • Tahap awal, komputerisasi dilakukan secara alamiah, tidak ada metodologi
  • Initial
    • Ada kegiatan penyusunan sistem yang terarah, masih bersifat ad hoc
  • Repeatable
    • Sudah menemukan pola pengembangan yang terarah, berjalan dengan pola yang sama.

Pengelolaan TI – Level  of Maturity (2)

  • Defined
    • Seluruh proses telah didokumentasikan dan telah dikomunikasikan dan dilaksanakan berdasarkan suatu metoda tertentu
  • Managed
    • Proses komputerisasi telah dapat diukur dan dimonitor.
  • Optimized
    • Best Practices telah diikuti dan diotomatisasi pada sistem.

Audit SI – Ukuran  Nilai

  • Strategic Alignment
    • Apakah penerapan it sudah sesuai dengan yang diaharapkan, apakah sudah sesuai kebutuhan

 

  • Value Delivery
    • Komputerisasi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan tapi juga sudah dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah, ex: penghematan biaya, meningkatkan kinerja.

Audit SI – Ukuran  Nilai (2)

  • Risk Management
    • Sudah ada penaksiran resiko, ada jaminan kelangsungan operasi.

 

  • Resources Management
    • Pengelolaan sumber daya, termasuk pengembangan pengetahuan sudah dilakukan secara efesien

Standar Audit  SI

  • Standar Atestasi  dan standar pemeriksaan akuntan (IAI)
  • ISACA – standards, guidelines, and procedures
    • Secara teknis mengacu kepada guidelines dan prosedur yang diatur dalam CObIT:
      • CObIT executive summary, CObIT framework, CObIT Control Objectives, CObIT Control Practice, CObIT Management Guidelines, CObIT Security Baseline

Audit E-Commerce

  • Audit dalam bidang  yang cukup baru

 

  • Diperlukan karena  besarnya resiko yang ada
    • Pengungkapan praktek bisnis,
    • perlu keyakinan dan keandalan sistem,
    • perlindungan atas informasi

Audit E-Commerce

  • Merupakan bidang  yang spesifik

 

  • Bersifat front office  system
    • System berbasis teknologi informasi yang langsung berkaitan dengan transaction processing

E-Commerce –  kendala

  • Penjual dan pembeli  tidak bertemu secara langsung
  • Ada keraguan apakah barang akan benar-benar terkirim
  • Berapa lama barang dapat diterima
  • Ada keraguan apakah barang dapat ditukar kembali (garansi)
  • Apakah transaksinya aman

Webtrust

  • Sebagai jawaban  atas kendala-kendala yang ada, diciptakan program  webtrust
    • Diciptakan oleh AICPA dan CICA sejak tahun 1997

 

  • Tujuannya adalah  untuk mengurangi kelemahan pada sistem e-business  dengan assurance standard

Webtrust –  pembagian

  • Online Privacy
    • Situs perlu menjamin kerahasiaan ,
      • Konsekuensinya, harus ada kontrol efektif, pengungkapan bagaimana informasi diperoleh, digunakan, serta cookie
  • Business practices and Transaction Integrity
    • Proses transaksi harus lengkap akurat. Tanggung jawab atas mutu barang, waktu pengiriman dan aturan lainnya

Webtrust –  pembagian

  • Security
    • Situs harus melakukan penganmanan data (enkripsi, backup)
  • Non Repudiation
    • Situs harus melakukan proses pemeliharaan dan pengawasan bukti secra baik
  • Confidentiality
    • Situs harus dapat menunjukkan bahwa prosedur yang dirancang sudah memadai untuk mengakomodasi faktor kerahasiaan

Webtrust –  pembagian

  • Availability
    • Ada jaminan sistem dan data telah sesuai dengan yang diungkapkan,
    • harus terdapat ketentuan mengenai term and condition
    • Ada sistem backup/replikasi jika terdapat kerusakan hardware/software
  • Customized Disclosure
    • Hal-hal khusus yang berlaku harus dinyatakan

sumber : http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:T4VKIRb3uZQJ:elearning.upnjatim.ac.id/courses/AUDITSISTEMINFORMASI/document/Genap_0910/Materi/Presentasi_-_002_-_AudSi.ppt?cidReq%3DAUDITSISTEMINFORMASI+latar+belakang+tentang+sistem+informasi+akuntansi&hl=id&gl=id

h1

Sistem Informasi Akuntansi 2

Desember 23, 2010

Sistem Informasi Akuntansi 2

a) Akuntansi dan teknologi Informasi adalah : Fungsi sistem informasi, Otomasi Kantor dan perlunya otomasi kantor, contoh tentang Teknologi Tanggap Cepat

b) Akuntan dan Perkembangan Sistem :dengan tujuan dari Hakekat perkembangan sistem, Pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam pengkembangan sistem.

Sistem informasi adalah suatu sistem dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

Setiap sistem informasi akuntansi akan melaksanakan fungsi utamanya yaitu :
a. Mengumpulkan dan menyimpan data dari semua aktivitas dan transaksi perusahaan untuk suatu informasi.
b. Memproses data menjadi informasi yang berguna pihak manajemen.
c. Memanajemen data-data yang ada kedalam kelompok-kelompok yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
d. Mengendalikan kontrol data yang cukup sehingga aset dari suatu organisasi atau perusahaan terjaga.
Penghasil informasi yang menyediakan informasi yang cukup bagi pihak manajemen untuk melakukan perencanaan, mengeksekusi perencanaan dan mengkontrol aktivitas.

Otomatisasi kantor( office automation atauoa ) adalah semua sistem elektronik formal dan informal terutama yang berkaitan dengan komunikasi informasi kepada dan dari orang yang berada didalam maupun diluarperusahaan.

TUJUAN OTOMATISASI KANTOR
Otomatisasi kantor bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. Bila diterapkan sebagai alat pemecah masalah, otomatisasi kantor dapat memberikan kemampuan antar manajer untuk saling melakukan komunikasi dengan lebih baik selagi mereka memecahkan masalah Peningkatan komunikasi ini dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik dan lebih cepat.

Tujuan OA Masa Kini
1.Pendapatan yang Lebih Tinggi versus Penghindaran Biaya.
Komputer tidak menggantikan pekerja saat ini, tetapi komputer menunda penambahan pegawai yang diperlukan untuk menangani beban kerja yang bertambah.

2.Pemecahan masalah Kelompok.
Cara OA berkontribusi pada komunikasi ke dan dari manajer membuatnya sangat cocok diterapkan untuk memecahkan masalah kelompok.

3.Pelengkap–Bukan Pengganti.
Sebagai suatu cara komunikasi bisnis, OA bukan tanpa keterbatasan. OA tidak akan menggantikan semua komunikasi interpersonal tradisional–percakapan tatap muka, percakapan telepon, pesan tertulis pada memo, dan sejenisnya. OA harus bertujuan melengkapi komunikasi tradisional.

PERLUNYA PENGEMBANGAN SISTEM
Pengembangan Sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yg baru untuk menggantikan sistem yg lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yg telah ada.

Sebab Perlunya pengembangan Sistem :
Adanya permasalahan ( problems) yg timbul pada sistem yg lama.
Permasalahan yg timbul dapat berupa :

  • Ketidakberesan
Yg menyebabkan sistem lama tidak beroperasi sesuai dgn yg diharapkan.
Ketidakberesan ini dapat berupa :
– kecurangan yg disengaja yg menyebabkan tdk amannya harta
– kesalahan yg tidak disengaja
– tidak efisiennya operasi
– tidak ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang berlaku

 

h1

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) & Strategi Korporat

Desember 23, 2010

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) & Strategi Korporat

Sistem informasi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan data, mengklasifikasikan data, mengolah, menganalisa data dan mengkomunikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang relevan bagi pihak luar perusahaan dan pihak ekstern.

Akuntansi sendiri sebenarnya adalah sebuah Sistem Informasi Akuntansi.

Karakteristik SIA yang membedakannya dengan subsistem CBIS lainnya :

  • SIA melakasanakan tugas yang diperlukan
  • Berpegang pada prosedur yang relatif standar
  • Menangani data rinci
  • Berfokus historis
  • Menyediakan informasi pemecahan minimal

Fungsi penting yang dibentuk Sistem Informasi Akuntansi pada sebuah organisasi antara lain :

  • Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi.
  • Memproses data menjadi into informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
  • Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi.

Subsistem Sistem Informasi Akuntansi memproses berbagai transaksi keuangan dan transaksi nonkeuangan yang secara langsung memengaruhi pemrosesan transaksi keuangan.

Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari 3 subsistem:

  • Sistem pemrosesan transaksi, mendukung proses operasi bisnis harian.
  • Sistem buku besar/pelaporan keuangan, menghasilkan laporan keuangan, seperti laporan laba/rugi, neraca, arus kas, pengembalian pajak.
  • Sistem pelaporan manajemen, yang menyediakan pihak manajemen internal berbagai laporan keuangan bertujuan khusus serta informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, seperti anggaran, laporan kinerja, serta laporan pertanggungjawaban.

Berbagai transaksi non keuangan yang tidak bisa diproses oleh Sistem Informasi Akuntansi biasa, diproses oleh Sistem Informasi Manajemen. Adapun perbedaan keduanya adalah :

  • SIA mengumpulkan mengklasifikasikan, memproses, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi keuangan
  • SIM mengumpulkan mengklasifikasikan, memproses, menganalisa dan mengkomunikasikan semua tipe informasi

Sebuah Sistem Informasi Akuntansi menambah nilai dengan cara:

  • Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu sehingga dapat melakukan aktivitas utama pada value chain secara efektif dan efisien.
  • Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa yang dihasilkan
  • Meningkatkan efisiensi
  • Meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Meningkatkan sharing knowledge
  • Menambah efisiensi kerja pada bagian keuangan

2 komponen Sistem Informasi Akuntansi antara lain :

  • Spesialis Informasi
  • Akuntan

Contoh Sistem Informasi Akuntansi sebagai pusat informasi perusahaan:

  • Bagian pemasaran mempertimbangkan untuk memperkenalkan jenis produk baru dalam jajaran produksi perusahaan, untuk itu bagian tersebut meminta laporan analisa perkiraan keuntungan yang dapat diperoleh dari usulan produk baru tersebut
  • Bagian SIA memproyeksikan perkiraan biaya dan perkiraan pendapatan yang berhubungan dengan produk tersebut, kemudian data yang diperoleh diproses oleh EDP. Setelah diproses hasilnya dikembalikan ke bagian SIA untuk kemudian diberikan ke bagian pemasaran.

Kedua bagian akan merundingkan hasil analisa tersebut untuk dicari keputusan yang sesuai.

Dari contoh diatas dapat ditemukan 2 aspek yang berhubungan dengan sistem bisnis modern yaitu :

  • Pentingnya komunikasi antar departemen yang mengarah untuk tercapainya suatu keputusan.
  • Peranan SIA dalam menghasilkan informasi yang dapat membantu departemen lainnya untuk mengambil keputusan.

Informasi Akuntansi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Akuntansi dibedakan menjadi 2, yaitu :

  • Informasi Akuntansi keuangan, berbentuk laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak extern.
  • Informasi Akuntansi Manajemen, berguna bagi manajemen dalam pengambilan keputusan.

 

STRATEGI KORPORAT

Strategi perusahaan atau organisasi merupakan suatu wilayah kajian yang selalu menarik untuk dicermati. Begitu banyak pendekatan yang dilakukan, mulai dari sangat kuantitatif sampai pada belajar dari pengalaman sukses seseorang atau suatu perusahaan (best practices).

Setidaknya, terdapat dua aliran besar yang dijadikan landasan pembahasan strategi perusahaan, yaitu kajian tentang strategi-strategi utama (grand strategies) dan strategi-strategi generik (generic strategies). Strategi utama merupakan seperangkat alternatif strategi perusahaan yang secara umum dijadikan ‘patokan’ dalam menentukan strategi yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Sedangkan strategi generik ada dua, yaitu: Porter’s generic strategies dan Glueck’s generic strategies, nama penulis yang mengintrodusir masing-masing.

Tulisan ini pada dasarnya akan memiliki tiga pokok bahasan, yaitu: (1) Strategi Generik Porter, (2) Strategi Generik Glueck, (3) Strategi Utama, dan (4) Efektivitas Industri vs Posisi Kompetitif.

1. Strategi Biaya Rendah (cost leadership)

Strategi Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak (terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan.

Terutama dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam menentukan harga dan memastikan tingkat keuntungan pasar yang tinggi (di atas rata-rata) dan stabil melalui cara-cara yang agresif dalam efisiensi dan kefektifan biaya. Sumber dari keefektifan biaya (cost effectiveness) ini bervariasi. Termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan skala ekonomi (economies of scale), investasi dalam teknologi yang terbaik, sharing biaya dan pengetahuan dalam internal organisasi, dampak kurva pembelajaran dan pengalaman (learning and experience curve), optimasi kapasitas utilitas, dan akses yang baik terhadap bahan baku atau saluran distribusi. Pada prinsipnya, alasan utama pelaksanaan strategi integrasi ke hulu (backward integration), ke hilir (forward integration), maupun ke samping (horizontal integration) adalah untuk memperoleh berbagai keuntungan dari strategi biaya rendah ini. Biasanya strategi ini dijalankan beriringan dengan strategi diferensiasi. (Lihat David, 1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985).

Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya (resources) dan organisasi. Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya perusahaan, yaitu: kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses (process engineering), pengawasan yang ketat, mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi, perusahaan harus memiliki: kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik, insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil). (Umar, 1999).

2. Strategi Pembedaan Produk (differentiation)

Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk (barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut. Berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).

Perlu diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi tidak memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk-produk standar yang beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika kompetitor/pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Contoh penggunaan strategi ini secara tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan lama (durable) dan sulit ditiru oleh pesaing.

Resiko lainnya dari strategi ini adalah jika perbedaan atau keunikan yang ditawarkan produk tersebut ternyata tidak dihargai (dianggap biasa) oleh konsumen. Jika hal ini terjadi, maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi biaya rendah akan sangat mudah merebut pasar. Oleh karenanya, dalam strategi jenis ini, kekuatan departemen Penelitian dan Pengembangan sangatlah berperan.

Pada umumnya strategi biaya rendah dan pembedaan produk diterapkan perusahaan dalam rangka mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage) terhadap para pesaingnya pada semua pasar. (Lihat David, 1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985).

Secara umum, terdapat dua bidang syarat yang harus dipenuhi ketika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan strategi ini, yaitu: bidang sumber daya (resources) dan bidang organisasi. Dari sisi sumber daya perusahaan, maka untuk menerapkan strategi ini dibutuhkan kekuatan-kekuatan yang tinggi dalam hal: pemasaran produk, kreativitas dan bakat, perekayasaan produk (product engineering), riset pasar, reputasi perusahaan, distribusi, dan ketrampilan kerja. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu untuk melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut tenaga yang berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang obyektif. (Umar, 1999)

3. Strategi Fokus (focus)

Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya – terutama pada perusahaan skala menengah dan besar –, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk. Strategi ini biasa digunakan oleh pemasok “niche market” (segmen khusus/khas dalam suatu pasar tertentu; disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu produk — barang dan jasa — khusus.

Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup (market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak tertarik untuk bergerak pada ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu (niche market), wilayah geografis tertentu, atau produk — barang atau jasa — tertentu dengan kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik, excellent delivery. (Lihat David, 1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985).

STRATEGI GENERIK GLUECK

Glueck meyakini bahwa strategi perusahaan pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam empat strategi generik, yaitu: strategi stabilitas (stability), ekspansi (expansion), penciutan (retrenchment), dan kombinasi (combination) dari ketiganya. (Umar, 1999).

1. Strategi Stabilitas (stability)

Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan karena berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini relatif rendah resiko dan biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada posisi matang/dewasa (maturity).

2. Strategi Ekspansi (expansion)

Strategi ekspansi menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar dan fungsi dalam perusahaan sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil.

3. Strategi Penciutan (retrenchment)

Strategi penciutan dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas pasar maupun fungsi-fungsi dalam perusahaan yang memiliki aliran keuangan (cash-flow) negatif. Biasanya strategi ini diterapkan pada perusahaan yang berada pada tahap menurun (decline).

4. Strategi Kombinasi (combination)

Oleh karena berbagai perubahan eksternal seringkali hadir secara tidak seragam (dan bahkan terkadang sulit diduga) terhadap berbagai lini produk (product line) yang dihasilkan suatu perusahaan seperti daur hidup produk (product life cycle) yang tidak seragam, maka perusahaan tersebut dapat saja melakukan kombinasi atas ketiga jenis strategi di atas secara bersama.

STRATEGI UTAMA

Secara garis besar, terdapat 4 kelompok strategi utama dengan 14 tipe turunannya. Keempatbelas tipe strategi tersebut adalah sebagai berikut (Lihat David, 1998; Porter 1980 dan 1985):

1. Integration Strategies

Tiga jenis strategi, yaitu forward, backward, dan horizontal seringkali disebut sebagai strategi-strategi vertical integration. Namun, tidak jarang yang memaksudkan integrasi vertikal sebagai hanya integrasi forward dan backward saja.

a. Forward Integration

Integrasi ke hilir melibatkan upaya untuk memperoleh kepemilikan (saham perusahaan) lebih besar atau meningkatkan kontrol terhadap para distributor dan peritel. Salah satu bentuk/cara efektif untuk melakukan strategi ini adalah waralaba (franchising). Begitu banyak perusahaan berminat di bidang ini sebagai upaya untuk mendistribusikan produknya (barang maupun jasa). Salah satu alasan terbesar hadirnya bentuk waralaba ini adalah realita bahwa model ini sebetulnya merupakan upaya untuk membagi biaya dan peluang kepada banyak pihak. Perhatikan gejala bermunculannya factory outlet yang merupakan salah satu bentuk strategi ini. Contoh lain adalah perusahaan farmasi Kimia Farma dengan Apotik Kimia Farma-nya dan perusahaan sepatu BATA dengan toko BATA-nya. Perhatikan pula Coca Cola dengan perusahaan pembotolan di berbagai negara serta keputusan untuk membeli perusahaan fastfood.

b. Backward Integration

Integrasi ke hulu merupakan suatu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Hal ini dibutuhkan karena baik produsen maupun peritel selalu membeli bahan baku dari perusahaan pemasok. Strategi ini menjadi menarik terutama ketika perusahaan pemasok yang saat ini ada ternyata tidak dapat diandalkan (unreliable), terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Langkah ini dapat disebut sebagai upaya “mengamankan” jalur pasokan perusahaan terhadap kebutuhan dalam rangka proses produksinya. Contoh yang menarik adalah Harian Jawa Pos yang mendirikan pabrik kertas untuk menjamin ketersediaan pasokan kebutuhan bahan bakunya. Perhatikan pula Gudang garam yang memiliki pabrik kertas rokok di Afrika.

Namun demikian, perlu pula dicermati munculnya kecenderungan bahwa berbagai industri besar mulai melakukan aktivitas de-integrasi (deintegration), yaitu melepas berbagai aktivitas yang “seharusnya” menjadi bagian dari aktivitas perusahaan pemasok. Tidak tertutup kemungkinan, sampai pada level tertentu, ternyata perusahaan menemukan bahwa integrasi ke hulu bukan lagi solusi tepat untuk unggul dalam persaingan, karena menjadi semakin membebani keuangan perusahaan. Oleh karenanya, kecenderungan perusahaan untuk melakukan outsourcing kemudian menjadi berkembang pesat. Perhatikan kebijakan Sampoerna ketika melakukan outsourcing produksi rokok kretek tangan kepada berbagai koperasi di Jawa Tengah.

c. Horizontal Integration

Strategi integrasi ke samping merupakan strategi yang dilakukan dalam bentuk membeli atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pesaing. Salah satu kecenderungan paling signifikan dalam kompetisi perusahaan saat ini adalah meningkatnya upaya untuk melakukan integrasi ke samping sebagai suatu strategi pertumbuhan. Merjer, akusisi, dan pengambilalihan perusahaan yang sedang bersaing memberikan peluang terjadinya skala ekonomi (economies of scale) serta mendorong terjadinya transfer sumber daya dan kompetensi perusahaan. Dalam artikelnya, Kenneth Davidson (Davidson, 1987) mengungkap bahwa merjer di antara perusahaan yang tidak bergerak di bidang yang sama merupakan suatu kesalahan. Tetapi merjer yang terjadi pada perusahaan yang sedang bersaing langsung (direct competitors) memberikan peluang yang besar untuk menyatukan potensi agar menjadi lebih efektif, efisien, dan kompetitif. Contoh pelaksanaan strategi integrasi horisontal adalah ketika toko obat Guardian membeli Shop-in atau Indofood membeli SuperMie, dan ketika beberapa bank membentuk Bank Mandiri.

2. Intensive Strategies

Kelompok strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:

a. Market Penetration

Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau layanan yang ada saat ini di dalam pasar yang ada saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini umum diterapkan baik sendiri maupun sebagai kombinasi dengan strategi lainnya. Termasuk di dalam penetrasi pasar adalah meningkatan jumlah tenaga penjualan, peningkatan pembelanjaan iklan, penawaran barang-barang promosi secara ekstensif (besar-besaran), atau peningkatan upaya-upaya publisitas. Aktivitas pemasaran dan promosi yang intensif dari A-Mild Sampoerna dan berbagai perusahaan rokok lainnya merupakan contoh yang menarik. Demikian juga dengan upaya McDonald untuk memberikan berbagai cinderamata menarik maupun beberapa pabrik farmasi yang meningkatkan jumlah detailer obat-nya.

b. Market Development

Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan produk atau layanan yang ada saat ini kepada berbagai wilayah geografis baru. Globalisasi dan iklim perkembangan pasar internasional semakin kondusif untuk strategi ini. Hal ini dibutuhkan karena tidak jarang persaingan yang demikian ketat pada suatu pasar tertentu menyebabkan pengalihan perhatian kepada pasar yang baru merupakan solusi agar perusahaan tidak tersingkir dari arena bisnisnya.

Namun demikian, perlu dicermati bahwa pada wilayah-wilayah tertentu masuknya pemain baru yang besar akan menimbulkan pergesaran equilibrium persaingan bisnis yang ada. Oleh karenanya, tidak jarang para pemain besar akan mengalami tantangan dari para pemain lokal sehingga terpaksa harus melakukan berbagai konsesi yang dapat diterima. Berbagai perusahaan ritel yang bergerak pada skala grosir dan hypermarket, sering mengalami tantangan tersebut. Makro, Alfa, Holland Bakery, Matahari dan berbagai perusahaan lainnya, membuka gerai baru di berbagai lokasi merupakan contoh penerapan strategi ini.

c. Product Development

Pengembangan produk yang berusaha meningkatkan penjualan melalui perbaikan atau modifikasi produk atau layanan yang ada saat ini. Biasanya strategi pengembangan produk tercermin pada biaya penelitan dan pengembangan (Research and Development) yang besar. Beberapa industri yang sangat didominasi oleh aktivitas R&D adalah otomotif, komputer, dan farmasi. Pada industri yang berbasis R&D seperti ini, setiap keterlambatan untuk meluncurkan sesuatu yang baru akan berarti perusahaan tersebut berpeluang kehilangan posisi kompetitifnya. Dan oleh karenanya, aktivitas R&D menjadi tidak pernah berhenti untuk menghasilkan suatu perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement). Rinso dengan berbagai variannya serta Pepsodent dengan berbagai variannya merupakan contoh dari strategi ini. Juga munculnya berbagai features baru pada produk Handphone, komputer, dan perusahaan jasa seperti Telkom dengan Telkom Memo-nya merupakan contoh yang menarik.

3. Diversification Strategies

Dari waktu ke waktu semakin sedikit perusahaan yang melakukan diversifikasi usaha, justru karena kompleksitas persoalan yang dimunculkan oleh strategi ini. Suatu kelompok usaha yang bergerak pada sektor yang beragam tentunya sangatlah sulit dikelola. Pada dekade 1960-an dan 1970-an, strategi diversifikasi menjadi populer karena setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar tidak tergantung hanya pada satu jenis usaha saja. Tetapi konsep pemikiran tersebut mulai surut sejak dekade 1980-an. Pada prinsipnya kecenderungan baru tersebut dimotori oleh keinginan untuk menjadi lebih baik dan tidak bergerak terlalu jauh dari basis kompetensi utama (core competence) setiap perusahaan.

Namun demikian, hal tersebut bukan berarti strategi diversifikasi sudah benar-benar hilang. Masih cukup banyak pula perusahaan yang berhasil dengan strategi ini, terutama bagi perusahaan yang bergerak di wilayah bisnis yang mengalami kecenderungan menurun (decline), seperti ketika Philip Morris, sebuah produsen rokok membeli Kraft General Food, sebuah perusahaan makanan dalam kelompok Nestle. Hal ini dilakukan karena konsumsi rokok semakin menurun akibat peningkatan kesadaaran konsumen atas kesehatan dan bahaya rokok.

a. Concentric Diversification

Diversifikasi terkonsentrasi merupakan suatu strategi yang menghasilkan produk atau layanan baru tetapi berhubungan/terkait dengan yang telah ada. Contoh dari strategi ini adalah Harian Kompas yang memunculkan berbagai suratkabar, tabloid, dan majalah baru.

b. Horizontal Diversification

Jika suatu perusahaan menerapkan strategi yang menambah produk atau layanan baru yang tidak berhubungan/terkait dengan yang telah ada, tetapi ditujukan kepada pasar/ konsumen yang telah ada disebut sebagai diversifikasi horizontal. Perhatikan Garuda Indonesia Airways yang memiliki beberapa jaringan hotel di Indonesia.

c. Conglomerate Diversification

Ketika suatu perusahaan menambah suatu produk atau layanan baru yang tidak terkait/ berhubungan dengan yang sekarang ada, maka strategi tersebut disebut sebagai diversifikasi konglomerat. Pada beberapa kasus terjadi bahwa strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan melalui aktivitas memecah perusahaan yang telah dibeli atau menjual kembali salah satu atau lebih devisinya. Ketika Lippobank memutuskan untuk bergerak di sektor properti atau ketika Bimantara memasuki sektor televisi merupakan dua contoh strategi konglomerasi. Demikian pula Maspion dengan Maspion Bank-nya.

4. Defensive Strategies

Pada prinsipnya, strategi defensif ditujukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dari semakin ketatnya persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian eksternal yang sulit (terkadang tidak mungkin) dikontrol dan diprediksi. Strategi defensif seringpula dikenal sebagai survival strategy, yang cenderung terjadi dalam suasana krisis ekonomi.

a. Joint Venture

Joint Venture, biasa disingkat JV, merupakan strategi yang sangat populer. Strategi ini muncul ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama atau konsorsium dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama. Strategi ini masuk dalam kategori strategi defensif karena perusahaan yang melakukan JV tidak berminat untuk bekerja/ mengambil resiko sendiri. Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan kerjasama tersebut membentuk suatu perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud. JV bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem distribusi, kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk mengajukan penawaran bersama agar dapat memenangkan suatu tender.

JV dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas karena kemampuannya untuk meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja, untuk melakukan operasi secara global, serta untuk menurunkan resiko. Bahkan kesepakatan kerjasama antar perusahaan yang sedang bersaing secara langsung juga terjadi. Biasanya kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk mensinergikan keunggulan kempetitif di bidang masing-masing, baik itu teknologi, distribusi, riset dasar, maupun kapasitas produksi.

Strategi ini begitu populer di kelompok industri yang bersifat padat modal (intensive capital) dan penuh resiko, seperti industri farmasi dan komputer. Berbagai kisah di balik strategi Microsoft memasuki pasar Cina merupakan contoh penerapan strategi JV. Di bidang media adalah hadirnya Harian Surya di Surabaya sebagai hasil JV antara Kompas dan Pos Kota.

b. Retrenchment

Strategi penciutan dilakukan ketika organisasi mengelompok kembali melalui reduksi biaya dan aset dalam upaya membalikkan proses penurunan penjualan dan laba perusahaan. Strategi ini terkadang dikenal sebagai strategi turnaround atau reorganizational. Tujuan dari strategi ini adalah untuk memperkokoh keunggulan yang membedakan (distinctive competences) yang dimiliki perusahaan. Pada masa strategi ini dijalankan, operasi perusahaan berjalan dengan sumber daya (terutama dana) yang terbatas dan akan berada pada kondisi penuh tekanan dari berbagai pihak seperti pemilik saham, pegawai, dan media.

Strategi penciutan dapat berbentuk penjualan aset untuk memperoleh dana tunai, pemangkasan lini produk (product line), menutup bisnis yang kurang menguntungkan atau yang tidak termasuk core competence perusahaan, otomasi proses, pengurangan jumlah pegawai, dan penerapan sistem kontrol pengeluaran biaya. Pengurangan kapasitas produksi berbagai perusahaan selama krisis moneter di Indonesia dapat diangkat sebagai contoh. Demikian pula dengan kebijakan PHK maupun pemulangan tenaga kerja asing demi menjaga keberlangsungan bisnis selama krisis.

Yang perlu diperhatikan adalah keputusan untuk membangkrutkan diri bisa juga hadir sebagai salah satu bentuk penerapan strategi penciutan ini. Oleh karenanya perlu dicermati hubungan antar perusahaan dalam satu kelompok usaha dan kesehatan keuangan keseluruhan kelompok usaha tersebut dalam kaitan dengan strategi pembangkrutan diri ini.

c. Divestiture

Menjual sebuah divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan disebut sebagai strategi divestasi. Seringkali strategi divestasi dilakukan dalam rangka memperoleh dana segar bagi kepentingan investasi atau akuisisi strategik lebih lanjut atau di bidang lain yang lebih prospektif. Divestasi bisa pula merupakan bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk membersihkan/menyingkirkan berbagai bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak modal, atau bagian yang tidak sepenuhnya sesuai dengan aktivitas perusahaan.

Strategi divestasi menjadi populer ketika perusahaan berupaya untuk kembali dalam core competence-nya serta mengurangi komleksitas diversifikasinya agar lebih terkelola dengan baik. Keputusan PT HM Sampoerna untuk melepas berbagai bisnisnya seperti perbankan, properti, dan transportasi (dalam rangka kembali ke inti usahanya, rokok) sebelum krisis melanda Indonesia merupakan suatu contoh strategi ini.

d. Liquidation

Strategi likuidasi dapat diidentifikasi ketika perusahaan melakukan penjualan seluruh asetnya secara bagian per bagian untuk menghasilkan dana tunai. Likuidasi biasanya dipahami sebagai pengakuan atas kekalahan dan cenderung — secara emosional — sulit dijalani. Namun demikian, bisa dimengerti bahwa lebih baik menghentikan operasi daripada mengalami kerugian yang lebih besar. Likuidasi berbagai bank di Indonesia merupakan contoh.

e. Combination

Strategi kombinasi adalah perpaduan antara dua atau lebih strategi yang dijalankan secara simultan. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa strategi kombinasi harus dioperasikan secara sangat hati-hati karena jika terlalu dalam dalam membawa resiko yang lebih besar. Tidak ada perusahaan yang dapat menerapkan semua strategi secara bersamaan meskipun semuanya ditujukan utnuk memberikan keuntungan pada perusahaan. Oleh karenanya, di tengah sulitnya penentuan yang diambil, skala prioritas yang baik dan tepat perlu dibangun. Hal ini dibutuhkan karena sumber daya yang dimiliki perusahaan tentunya memiliki keterbatasan tertentu. Prioritas sangat dibutuhkan, karena dalam penerapan strategi kombinasi akan berarti pula terjadinya penyebaran sumber daya dan kemampuan yang mungkin akan terbaca oleh kompetitor sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah yang justru membahayakan posisi perusahaan.

Dalam suatu perusahaan yang sangat terdiversifikasi, strategi kombinasi seringkali diterapkan ketika divisi-divisi yang ada menerapkan strategi berbeda. Demikian juga perusahaan yang sedang berusaha untuk mempertahankan operasinya (struggle for survival) biasanya menerapkan strategi kombinasi dari beberapa strategi defensif secara simultan.

Merger dan Leveraged Buyouts (LBO)

Akuisisi dan merjer merupakan dua cara yang secara umum digunakan untuk menjalankan strategi. Suatu akuisisi terjadi ketika sebuah perusahaan besar membeli suatu perusahaan yang (biasanya) lebih kecil. Suatu merjer adalah tindakan ketika dua buah atau lebih perusahaan yang relatif berukuran sama menyatukan diri dan membentuk perusahaan baru. Ketika akuisisi atau merjer tidak diharapkan kedua belah pihak, maka tindakan tersebut disebut sebagai pengambilalihan (takeover) atau pengambilalihan paksa (hostile takeover).

Berbagai tindakan merjer, akuisisi, dan pengambilalihan sering pula dijalankan sebagai strategi untuk menjadi yang paling besar dan tangguh. Langkah ini banyak dilakukan di berbagai industri seperti perbankan, asuransi, pertahanan, kesehatan, farmasi, makanan, penerbangan, penerbitan, komputer, ritel, keuangan, bioteknologi, dan sebagainya. Beberapa alasan tentang perlunya merjer adalah: untuk memperbaiki kapasitas utilisasi; untuk memaksimalkan pemanfaatan kekuatan penjualan; mengurangi staf manajerial; memperoleh skala ekonomi (economies of scale); untuk memperkecil pengaruh trend musiman dalam penjualan; untuk memperoleh akses baru kepada pemasok, distributor, kastemer, produk, dan kreditor; untuk memperoleh teknologi baru; dan untuk strategi pembayaran pajak.

Sementara itu, LBO adalah suatu keadaan di mana para seluruh saham perusahaan dibeli oleh pihak manajemen perusahaan atau oleh investor lain dengan memanfaatkan dana pinjaman. Selain untuk menghindari pengambilalihan paksa, tindakan ini dilakukan karena berbagai keputusan manajemen unit usaha tertentu tidak sesuai dengan keseluruhan strategi korporasi atau unit tersebut hendak dijual untuk memperoleh dana tunai, atau unit bisnis tersebut sedang memperoleh tawaran harga yang atraktif. Sebuah LBO mengubah perusahaan menjadi pribadi (private, tidak publik). Pada saat ini aktivitas LBO menjadi bisnis yang menarik karena perusahaan yang telah dibeli tersebut (biasanya setelah disehatkan) dapat dijual kembali bagian per bagian untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, bahkan terkadang dengan harga premium. Bank yang bergerak di sektor ini biasa disebut sebagai merchant banking.

Namun demikian, perlu dicermati bahwa perusahaan yang dibeli investor secara LBO harus lebih hati-hati. Kehati-hatian tersebut erat kaitannya dengan peluang menjual kembali perusahaan tersebut dengan harga premium atau menjadikan perusahaan tersebut sebagai “sapi perahan” untuk membayar kembali utang yang digunakan untuk LBO atau untuk membiayai kebutuhan dana segar di bidang lainnya.

EFEKTIVITAS INDUSTRI vs POSISI KOMPETITIF

Begitu banyak aktivitas dilakukan untuk membuat, memproduksi, menjual, dan menyampaikan (delivery) sebuah produk atau layanan merupakan unit dasar dari keunggulan kompetitif. Efektivitas operasional (operational effectiveness) berarti menjalankan berbagai aktivitas tersebut dengan lebih baik – yaitu lebih cepat atau dengan input atau kerusakan yang lebih redah – daripada perusahaan pesaing.

Perusahaan dapat meraih beragam keunggulan dari efektivitas operasional, sebagaimaan ditunjukkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang pada dekade 1970–an dan 1980-an melalui cara-cara TQM dan perbaikan terus-menerus. Tetapi, dari sudut pandang kompetitif, persoalan yang dihadapi oleh efektivitas operasional adalah kebiasaan-kebiasan baik sangatlah mudah disamai dan bahkan diungguli. Sebagaimana setiap kompetitor dalam industri tersebut mengadopsinya, tapal batas produktivitas (productivity frontier) – yaitu nilai maksimum yang bisa disampaikan oleh perusahaan pada suatu biaya tertentu, dengan teknologi, ketrampilan, dan teknik manajemen terbaik yang tersedia – bergeser ke luar menurunkan biaya dan meningkatkan nilai pada saat yang sama. Kompetisi seperti itu menghasilkan perbaikan yang absolut dalam efektivitas operasional, tetapi relatif tidak memberikan peningkatan kepada siapa pun. Dan semakin banyak benchmark yang dilakukan perusahaan, maka semakin banyak titik temu kompetitif (competitive convergence) yang terjadi. Artinya, semakin sulit membedakan antara satu perusahaan dengan yang lainnya.

Pemposisian strategik (strategic positioning) berusaha untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan cara mempertahankan apa yang khas dari perusahaan tersebut. Artinya, menjalankan aktivitas yang berbeda dibanding para pesaing atau menjalankan aktivitas yang sama melalui cara-cara yang berbeda. Posisi strategik dapat berbasis pada kebutuhan kastemer, aksesibilitas kastemer, atau keragaman produk atau layanan perusahaan. Michael A. Porter (Porter, 1996) mengidentifikasi adanya tiga prinsip dasar yang melandasi strategic positioning, yaitu:

1. Strategi merupakan sebuah karya dari suatu posisi yang unik dan berharga serta melibatkan seperangkat aktivitas yang berbeda.

Pada prinsipnya, posisi strategik muncul dari tiga sumber daya yang membedakan, yaitu:

a. Melayani sedikit kebutuhan dari banyak kastemer.
b. Melayani banyak kebutuhan dari sedikit kastemer.
c. Melayani banyak kebutuhan dari banyak kastemer dalam suatu pasar yang sempit.

2. Strategi mensyaratkan terjadinya pertukaran (trade-off) dalam berkompetisi, yaitu untuk memilih apa yang tidak akan dilakukan.

Beberapa bentuk kegiatan kompetitif tidak dapat dipadukan dengan lainnya (incompatible), sehingga keberhasilan di suatu wilayah hanya dapat dicapai jika terjadi pengorbanan/pengeluaran di wilayah yang lain. Trade-offs adalah sangat penting bagi strategi, karena menciptakan kebutuhan untuk memilih (memutuskan) dan secara sengaja membatasi apa yang dapat ditawarkan oleh perusahaan. Sebagai contoh, sabun Neutrogena diposisikan sebagai produk kesehatan dari pada sebagai sabun cuci tangan. Perusahaan mengatakan “tidak” pada penjualan berbasis zat pewangi, melepas volume (penjualan) besar, dan mengorbankan efisiensi produksi. Sebaliknya, keputusan Maytag untuk memperluas lini produknya dan membeli merek lain menunjukkan contoh kegagalan untuk melakukan pertukaran (trade-offs). Akibatnya keberhasilan di bidang pemasukan hanyalah hasil dari pengorbanan return on sales.

3. Strategi melibatkan penciptaan kesesuaian (fit) di tengah berbagai aktivitas perusahaan.

Fit merupakan sesuatu yang berkaitan dengan cara aktivitas-aktivitas perusahaan berinteraksi dan saling memperkuat satu dengan lainnya. Misalnya, Vanguard Group mengkaitkan seluruh aktivitasnya dengan strategi biaya rendah; perusahaan ini mendistribusikan dana langsung kepada para konsumen dan meminimalkan turnover portfolio. Fit mendorong keduanya, baik keunggulan kompetitif maupun keberlanjutan. Artinya, ketika berbagai aktivitas secara mutualisme saling memperkokoh satu dengan lainnya, para pesaing tidak secara mudah bisa menirunya. Jika pun meniru maka harus ditiru secara keseluruhan sistem. Ketika Continental Lite mencoba untuk memadukan aktivitasnya dengan beberapa (tetapi tidak seluruh sistem yang saling mengunci) aktivitas Southwest Airlines, hasil yang diperoleh adalah kehancuran.

Berdasarkan ketiga prinsip dasar di atas, dapat dijelaskan bahwa para pegawai membutuhkan panduan tentang bagaimana memperdalam (menggali lebih dalam) posisi strategik dari pada memperluas atau mengkompromikannya. Tentang bagaimana memperluas keunikan perusahaan sambil memperkuat kesesuaian (fit) di tengah berbagai aktivitasnya. Pekerjaan untuk menentukan kelompok sasaran (target group) serta kebutuhan yang mana yang akan dilayani mensyaratkan adanya disiplin, kemampuan untuk menetapkan batasan, dan komunikasi secara terbuka/transparan. Manajemen Umum lebih dari sekadar pelayanan (stewardship) fungsi-fungsi individual; dan inti sebenarnya adalah mendefinisikan serta mengkomunikasikan keunikan posisi perusahaan, membuat trade-offs, dan menempa fit dalam berbagai aktivitasnya. Jelas sekali bahwa strategi dan kepemimpinan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

TIPE-TIPE PERENCANAAN & RENCANA

Tipe dan Klasifikasi perencanaan

Perencanaan dan rencana dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yang berbeda. Cara pengklasifiasian perencanaan akan menentukan isi rencana dan bagaimana perencanaan itu dilakukan. Meskipun proses dasar perencanaan adalah sama bagi setiap pimpinan manajer, dalam praktek perencanaan dapat mengambil berbagai bentuk. Ini disebabkan beberapa alasan :

a. Perbedaan tipe negara organisasi mempunyai perbedaan missi ( maksud), di mana, pendekatan perencanaan yang digunakan berbeda pula.
b. Bahkan dalam suatu negara organisasi yang sama dibutuhkan tipe-tipe perencanaan yang berbeda untuk waktu-waktu yang berbeda, dan
c. Pimpinan manajer yang berlainan akan mempunyai gaya perencanaan yang berbeda.

Ada paling sedikit lima dasar pengklasifikasian rencana-rencana sebagai berikut :
1. Bidang Fungsional,
Mencakup rencana produksi, pemasaran, keuangan, dan personalia.Setiap faktor memerlukan tipe perencanaan yang berbeda. Misalnya, rencana produksi akan meliputi perencanaan kebutuhan bahan, scheduling produksi, jadwal pemeliharaan mesin, dan sebagainya. Sedang rencana pemasaran berisi target penjualan, program promosi dan sebagainya.
2. Tingkat Organisasional,
Termasuk keseluruhan organisasi atau satuan-satuan kerja organisasi. Teknik-teknik dan isi perencanaan berbeda untuk tingkat berbeda pula. Perencanaan organisasi keseluruhan akan lebih kompleks daripada perencanaan suatu satuan kerja organisasi.
3. Karakteristik-karakteristik (sifat) Rencana,
Meliputi faktor-faktor kompleksitas, fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya, rasionalitas, kwantitatif dan kwalitatif. Misal rencana pengembangan produk biasanya bersifat rahasia rencana produksi lebih bersifat kwantitatif dibanding rencana personalia.
4. Waktu,
Menyangkut rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Semakin lama rentangan waktu antara prediksi dan kejadian nyata, kemungkinan terjadinya kesalahan semakin besar. Sebagai contoh, tingkat rencana pembangunan 10 tahun yang akan datang dibandingkan dengan pembangunan suatu kawasan 2 tahun mendatang.
5. Unsur-unsur Rencana,
Dalam wujud anggaran, program, prosedur, kebijaksanaan, dan sebagainya. Perencanaan meliputi berbagai tingkatan yang lebih tinggi. Perencanaan ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, seperti program pengembangan, anggaran, dan lain-lain.

Dalam suatu negara organisasi rencana diperinci melalui tingkatan-tingkatan yang membentuk hirarki dan paralel dengan struktur organisasi. Pada setiap tingkatan, rencana mempunyai dua fungsi :
a. Menyediakan peralatan untuk pencapaian serangkaian sasaran dari rencana tingkatan di atasnya, dan sebaliknya menunjukkan sasaran yang harus dipenuhi rencana tingkatan di bawahnya.
b. Rencana dari manajemen puncak akan dibuat menjadi rencana-rencana yang lebih terperinci oleh satuan- satuan manajemen menengah dan lini pertama.

Ada dua tipe utama rencana :
(1) Rencana-rencana strategic (Strategic Plans), yang dirancang memenuhi tujuan-tujuan orgnisasi yang lebih luas dan
(2) Rencana-rencana Operasional (Operational Plans), penguraian lebih terperinci bagaimana rencana-rencana strategik akan dicapai.

Rencana operasional

Rencana Operasional (Operational Plans), pengurangan lebih terperinci bagaimana Rencana-rencana strategis yang akan dicapai.

Ada 2 (dua) type perencanaan operasional:
1. Rencana sekali pakai(single use plans)
Rencana sekali pakai adalah serangkaian kegiatan terperinci yang kemungkinan tidak berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang. Di kembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan tidak digunakan kembali bila telah tercapai.
2. Rencana Tetap ( standing Plans )
Rencana tetap adalah pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan situasi –situasi yang dapat diperkirakan dan terjadi berulang-ulang.

Rencana Strategic

Perencanaan Strategic (Strategic Plans) adalah Proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan, program-program strategi yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut.

Ada 3 (tiga) alasan yang menunjukkan pentingnya Perencanaan Strategic
1. Perencanaan strategic memberikan kerangka dasar dalam mana semua bentuk-bentuk perencanaan lainnya yang harus di ambil.
2. Pemahaman terhadap perencanaan strategic akan mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencaaan lainnya.
3. Perencanaan strategic sering merupakan titik permulaan bagi pemahaman dan penilaian kegiatan-kegiatan manager dan organisasi.

RENCANA-RENCANA STRATEGIC

Sukses menjadi visi yang jelas bagi para manajer dalam menghadapi perubahan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seluruh anggota organisasi dalam rangka mencapai sasaran. Perkembangan kemampuan manajer yang akan mempengaruhi kariernya ditentukan salah satunya dari sisi kualitas untuk berpikir secara strategis, yaitu kemampuan untuk melihat ke depan, memahami lingkungan yang dinamis, dan posisi organisasi atau sub unit yang efektif untuk mencapai kesuksesan pada perubahan waktu.

Manajer memerlukan jenis perencanaan khusus yang disebut perencanaan strategis. Perencanaan strategis ini akan digunakan untuk menentukan misi utama organisasi dan membagi-bagi sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya.

Dengan adanya perencanaan strategis ini maka konsepsi perusahaan menjadi jelas sehingga akan memudahkan dalam memformulasikan sasaran serta rencana-rencana lain dan dapat mengarahkan sumber-sumber organisasi secara efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan strategi dapat menentukan keberhasilan organisasi atau perusahaan, hal ini disebabkan karena:

Perencanaan strategi merupakan tipe perencanaan yang terpenting

Melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan misi organisasi secara jelas

Perencanaan strategi memungkinkan manajer mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya perubahan pada lingkungan organisasinya

@ KONSEP STRATEGI

Strategi dirumuskan dalam dua perspektif berbeda, yang pertama strategi adalah program yang luas untuk mendefinisikan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya. Pengertian ini lebih mengarahkan pada peranan aktif organisasi untuk melaksanakan program sebagai strategi organisasi menghadapi perubahan lingkungan. Strategi ini dikenal sebagai perencanaan strategi.

Perspektif kedua strategi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungan sepanjang waktu. Pengertian ini lebih mengarahkan organisasi untuk bersikap pasif, yang artinya para manajer akan menganggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan hanya jika mereka merasa perlu untuk melakukannya. Strategi ini dikenal sebagai strategi adaptif. Pembahasan pada materi ini akan lebih di tekankan pada peranan aktif manajer yang dikenal seebagai perencanaan strategis yang fokusnya luas dan berjangka panjang.

Disamping ke dua perspektif tersebut dikenal strategi entrepreneur yaitu strategi yang dirancang pemimpin usaha berdasarkan inisiatif untuk pertumbuhan yang konstan dengan mencari peluang baru secara aktif. Pengertian ini juga mengarahkan peranan aktif seseorang dalam hal ini adalah seorang entrepreneur atau wirausahawan.

Ciri-ciri strategi meliputi :
a. Wawasan waktu, strategi menggambarkan kegiatan dengan cakrawala jangka panjang atau pandangan yang ajauh ke depan, yaitu waktu untuk melaksanakan dan melihat hasilnya.
b. Dampak, pengaruh strategi akan sangat berarti pada hasil akhirnya.
c. Pemusatan upaya, dengan memfokuskan pada kegiatan yang terpilih mengharuskan pemusatan pemanfaatan sumber daya yang ada.
d.Pola keputusan, strategi mensyaratkan sederetan keputusan tertentu perlu diambil sepanjang waktu mengiluti suatu pola yang konsisten.
e. Peresapan, strategi mencakup kegiatan yang luas mulai alokasi sumber daya sampai kegiatan operasional perusahaan.

@PROSES PERENCANAAN STRATEGIS

Strategi merupakan suatu kegiatan komprehensif yang menentukan petunjuk dan pengarahan yang kritis terhadap pengalokasian sumber daya untuk mencapai sasaran jangka panjang organisasi. Dalam prakteknya pilihan strategi merupakan sesuatu yang kompleks dan tugas yang berisiko. Beberapa strategi organisasi diharapkan dapat menghadapi lingkungan yang kompetitif. Disini manajer merencanakan buaran kekuatan dan kelemahan organisasi dengan kesempatan dan ancaman di lingkungnya.

Proses perencanaan strategis atau manajemen strategis merupakan proses pengarahan usaha perencanaan strategis dan menjamin strategi tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga menjamin kesuksesan organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi formulasi dan implementasi strategi sebagai berikut :

Formulasi Misi dan Tujuan

Pertanyaan mendasar dalam formulasi misi dan tujuan adalah “Apa usaha kita?” dan “Apa usaha kita yang seharusnya?”.

Analisis Tujuan dan Strategi Saat ini

Dalam perjalanan waktu, manajer suatu organisasi barangkali akan kehilangan “minat” terhadap misi yang pertama kali mereka perjuangkan. Manajer harus diingatkan kembali pada misi awalnya.

Analisis Lingkungan

Bertujuan melihat perubahan-perubahan dalam lingkungan, demografis, politik, sosial, ekonomi, yang akan mempengaruhi organisasi. Perubahan dalam lingkungan eksternal organisasi dapat menghasilkan kesempatan maupun ancaman, tergantung bagaimana reaksi organisasi. Untuk memperoleh informasi perubahan lingkungan, perlu dikembangkan system informasi strategis, pengembangan bisnis data, keluhan atau komentar dari pihak luar (pelanggan dan supplier).

Analisis Sumberdaya

Dilakukan bersamaan dengan analisis lingkungan, melalui analisis kekuatan dan kelemahan organisasi.

Identifikasi Kesempatan Strategis

Kesempatan strategis merupakan gap antara situasi apabila organisasi menggunakan tujuan dan strategi yang dirumuskan dalam proses penentuan tujuan dengan situasi apabila organisasi menggunakan strategi sekarang ini (tanpa perubahan). Kesempatan strategis muncul apabila organisasi menetapkan tujuan baru yang lebih sulit, atau apabila ada persaingan yang ketat dan mengakibatkan organisasi tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengambilan Keputusan Strategis

Organisasi dapat mengembangkan sejumlah altrnatif strategis untuk memanfaatkan kesempatan strategis.

Strategi yang baik mencakup beberapa hal:

a. Cakupan: menjelaskan pasar apa yang akan dimasuki oleh organisasi, pasar yang terbatas atau luas
b. Alokasi sumberdaya: menjelaskan bagaimana alokasi sumberdaya untuk mencapai tujuan
c. Daya saing: memasukan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi yang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pesaingnya
d. Sinergi: strategi harus bertujuan memanfaatkan secara optimal sinergi dalam suatu organisasi.

Pelaksanaan Strategi

Perencanaan strategi harus dijalankan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Evaluasi dan Pengendalian Strategis

Manajer harus selalu mengevaluasi pelaksanaan rencana strategis. Pengendalian strategis merupakan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana strategis.

Dua pertanyaan relevan dalam kegiatan ini:
a. apakah pelaksanaan rencana strategis sesuai dengan rencana semula, dan
b. apakah pelaksanaan tesebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

@TINGKATAN STRATEGI DALAM ORGANISASI

Strategi seharusnya dapat mendukung pencapaian misi dan tujuan organisasi. Dalam pelaksanaannya mereka harus mengaplikasikannya pada berbagai tingkatan dalam organisasi dan memilih variasi strategi dengan baik. Berikut ini tiga tingkatan strategi yang dapat ditemukan dalam organisasi : strategi korporasi, strategi bisnis dan strategi fungsional.

Strategi Korporasi

Strategi korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak untuk mengendalikan kepentingan dan operasi perusahaan yang memiliki lebih dari satu lini usaha. Pertanyaan strategi yang dirumuskan adalah “bisnis apa yang akan kita tekuni ?” dan “bagaimana sumber daya akan dialokasikan diantara jenis-jenis usaha ?”. Tujuan strategi korporasi mengarahkan pengalikasian sumber daya untuk perusahaan secara total. Keputusan strategi berhubungan dengan penggunaan sumber daya untuk melakukan akuisisi, pengembangan bisnis baru, kemitraan, operasi global atau pelepasan.

Strategi unit bisnis

Strategi unit menyangkut kepentingan dan operasi bisnis unit tertentu. Strategi menjawab pertanyaan seperti “Bagaimana usa ini klan bersaing ?” “Produk apa yang akan ditawarkan?” “Pelanggan mana yang akan dilayani ?”. Secara khusus keputusan strategi unit bisnis meliputi pemilihan bauran produk, fasilitas lokasi atau teknologi baru dan sebagainya. Strategi ini berupaya menentukan pendekatan apa yang sebaiknya diambil unit bisnis itu untuk pasarnya dan bagaimana seebaiknya bisnis dilakukan dengan sumber daya dan kondisi pasarnya.

Strategi tingkat fungsional

Strategi tingkat fungsional mengarahkan kegiatan dalam bidang fungsional (keuangan, pemasaran, penelitian dan pengembangan, SDM, produksi) untuk beroperasi yang mendukung setiap unit bisnis. Strategi menjawab pertanyaan seperti “Bagaimana dapat mengaplikasikan keahlian fungsional untuk mendukung strategi terbaik dari tingkatan unit bisnis?”.

TIPE STRATEGI

Ada empat tipe strategi yang dapat digunakan pada berbagai tingkatan perusahaan dan bisnis yaitu :

Strategi Pertumbuhan

Strategi ini berusaha meningkatkan ukuran perusahaan dan ekspansi operasi perusahaan. Strategi ini sangat dikenal karena hampir semua industri atau perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan dalam kehidupan usahanya dalam jangka panjang. Pertumbuhan usaha dapat terjadi dengan beberapa cara seperti :

Berkembang secara internal melalui konsentrasi, yaitu menggunakan kekuatan yang ada untuk memperbaharui dan meningkatkan produktifitas, tanpa menanggung resiko yang besar. (pengembangan pasar, pengembangan produk dan inovasi).

Diversifikasi, melakukan akuisisi bisnis baru yang berhubungan atau tidak dengan bisnisnya atau melakukan investasi spekulasi yang baru.(integrasi vertical, integrasi horizontal, diversifikasi konglomerat dan kemitraan).

Strategi Pengurangan

Dapat disebut sebagai strategi pertahanan, dengan mengurangi skala operasi untuk kepentingan efisiensi dan meningkatkan kinerja. Strategi pertahanana dapat dilakukan dengan cara seperti :

Kembali pada bisnis inti dengan menjual unit bisnis lain yang tidak berhubungan dengan bisnis intinya pada awal program diversifikasi.

Menurunkan ukuran dengan mengurangi biaya dan restrukturisasi untuk mengembangkan operasi yang efisien.

Pelepasan dengan menjual bagian organisasi untuk memotong biaya.

Likuidasi, menutup operasi dengan menjual asset operasi yang sudah bangkrut.

Strategi Stabilitas

Strategi dengan tetap menjalankan kegiatan pada saat ini dengan mengurangi tekanan untuk pertumbuhan dan tanpa komitmen pada beberapa perubahan operasi utama. Strategi untuk organisasi yang dapat melakukan kegiatan dengan sangat baik dalam menghadapi lingkungan, resiko rendah yang dapat dihadapi dan melakukan konsolidasi yang diperlukan dengan strategi-strategi yang terlibat.

Strategi Kombinasi

Dalam waktu yang sama melakukan kombinasi dari beberapa strategi, untuk menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis dengan tingkat persaingan tinggi, dimana kondisi perusahaan beroperasi secara kompleks.

RENCANA-RENCANA SEKALI PAKAI

Rencana sekali pakai (single use plan) adalan serangkai kegiatan terperinci yang tidak berulang kembali atau tidak dapaat dipakai kenbali dalam bentuk waktu yang sama di waktu mendatang.

Tipe-tipe pokok rencana sekali pakai adalah :

1. Program, merupakan tipe rencana yang paling sulit di mengerti,karena terdidiri dari suatu campuran dari tujuan, strategi, kebijaksanaan, aturan dan penugasan pekerjaan,seperti jnuga sumber daya phisik, fiscal dan manusia yang di perlukan untuk mengimplementasikannya.
2. Proyek, adalah rencana sekali pakai yang lebih sempit dan terpisah dari program.
3. Anggaran (budget), adalah laporan sumberdaya keuangan yang disusun untuk kegiatan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

RENCANA-RENCANA TETAP

Wujud umum rencana-rencana tetap adalah kebijaksanaan, prosedur dan aturan. Rencana-rencana ini sekali ditetapkan akan terus diterapkan sampai perlu di ubah (modifikasi) atau dihapuskan. Sekali ditetapkan, rencana tetap memungkinkan para manajer menghemat waktu yang digunakan untuk perencanaan dan pembuatan keputusan karena situasi-situasi yang sama ditangani secara konsisten.
Kebijaksanaan (policy), adalah pedoman umum pembuatan keputusan. Kebijaksanaan merupakan batas bagi bagi keputusan, menentukan bagi apa yang dibuat dan menutup apa yang tidak dibuat. Dengan cara ini, kebijaksanaan menyalurkan pemikiran para anggota agar konsisten dengan tujuan. Kebijaksanaan dapat menyangkut masalah-masalah penting ataupun masalah-masalah sederhana.
Kebijaksanaan biasanya ditetapkan secara formal oleh para pimpinan manajer puncak, dan menetapkan kebijaksanaannya karena :
a. Mereka merasa hal itu akan meningkatkan efektivitas organisasi negara,
b. Mereka ingin berbagai aspek organisasi mencerminkan nilai-nilai pribadi mereka, dan
c. Mereka hendak menjernihkan berbagai konflik atau kebingungan yang telah terjadi pada tingkat bawah.
Kebijaksanaan dapat juga muncul secara informal dan pada tingkat-tingkat bawah suatu organisasi yang berasal serangkaian keputusan konsisten pada berbagai subyek yang dibuat melebihi suatu periode waktu. Kebijaksanaan dilaksanakan dengan pedoman-pedoman yang lebih terperinci disebut prosedur standar atau metoda standar atau sering dikenal sebagai standard operating procedure’ (SOP). Suatu prosedur memberikan sejumlah instruksi yang terperinci ini mengarahkan para bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas dan membantu untuk menjamin pendekatan yang konsisten pada situasi tertentu. Prosedur paling tidak sangat berguna untuk :
a. menghemat usaha manajerial,
b. memudahkan pendelegasian wewenang dan penempatan tanggung jawab,
c. menimbulkan pengembangan metoda-metoda operasi yang lebih efisien,
d. memudahkan pengawasan,
e. memungkinkan penghematan personaila, dan
f. membantu kegiatan-kegiatan koordinasi.

Aturan (rules atau regulations) adalah pernyataan (ketentuan) bahwa suatu kegiatan tertentu harus atau tidak boleh dilakukan dalam situasi tertentu. Aturan digunakan untuk mengimplementasikan rencana-rencana lain dan biasanya merupakan hasil kebijaksanaan yang diikuti dalam setiap kejadian. Dalam melaksanakan suatu aturan, para anggota tidak mempunyai pilihan melainkan harus mematuhinya.

Sumber: http://grabag-grubug.blogspot.com/2010/10/sistem-informasi-akuntansi-sia-strategi.html

h1

Konsep Sistem Informasi Akuntansi

Desember 23, 2010

Alasan belajar Sistem Informasi Akuntansi

  • Programmer SIA perusahaan
  • Database Administrator di Perusahaan
  • Auditor Sistem Informasi

INFORMASI merupakan satu hal yang sangat penting bagi organisasi modern.

Contoh:

  • Informasi laba dan rugi perusahaan pada satu periode tertentu
  • Informasi tingkat biaya per produk penting dalam menentukan harga jual produk
  • Informasi besarnya piutang per konsumen, penting untuk menagih piutang
  • Dlsb.

Definisi Accounting Information System

ACCOUNTING

  • Pencatatan data ekonomi
  • Maintainance data
  • Penyajian informasi keuangan (berguna untuk mengetahui kinerja operasi bisnis dalam suatu periode)

INFORMASI

  • Laporan laba rugi
  • Laporan umur piutang
  • Tagihan untuk konsumen

SISTEM

Sekelompok bagian yang saling berinteraksi yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

AIS: Sekelompok struktur dalam sebuah entitas yang mengelola sumber daya fisik dan sumber daya lain untuk mengubah data ekonomi menjadi informasi akuntansi, agar dapat memenuhi kebutuhan informasi berbagai pihak.

TUJUAN AIS

1. Mendukung kegiatan operasi sehari-hari (Transaction Processing System)
User dari AIS, terkait dengan TPS:
INTERNAL: manajer dan employee
EKSTERNAL: konsumen (tagihan), pemasok (order pembelian dan cek), karyawan (cek gaji), bank (lap keu dan pembayaran utang)

2. Mendukung pengambilan keputusan oleh pengambil keputusan internal
Misal: keputusan untuk membeli atau membuat sendiri

3. Memenuhi kewajiban terkait dengan pertanggungjawaban perusahaan
Misal: membayar pajak ke Negara, menyusun laporan keuangan (bagi perusahaan yang go public)

Fungsi2 dalam mentransformasi data menjadi informasi

  • Pengumpulan data
  • Maintenance data: mengklasifikasikan, mengcopy, mensortir, mengelompokkan, menggabungkan, melakukan penghitungan, meringkas, dan membandingkan.
  • Mengelola data
  • Mengendalikan data, dengan dua tujuan 1) mengamankan harta kekayaan organisasi, dan 2) memastikan bahwa data yang direkam adalah data yang akurat dan lengkap dan diproses secara benar.
  • Proses menghasilkan informasi

Sub System AIS

  • Siklus buku besar dan pelaporan keuangan
  • Siklus penjualan
  • Siklus pengeluaran
  • Siklus konversi
  • Siklus manajemen sumber daya manusia

Peran Sistem Informasi dalam Menciptakan Nilai

  • Meningkatkan efisiensi
  • Meningkatkan keakuratan dan kekinian (up-to-date) catatan perusahaan
  • Meningkatkan kualitas produk dan jasa
  • Meningkatkan kualitas perencanaan (penyusunan anggaran) dan pengendalian

sumber:http://blogakuntansi.blogspot.com/search/label/Sistem%20Informasi%20Akuntansi

h1

Peningkatan Sistem Informasi melalui Teknologi Informasi dan Jaringan

Desember 23, 2010

DAMPAK IT TERHADAP SIA
Pemrosesan transaksi yang lebih cepat
tingkat keakuratan yang lebih tinggi dalam penghitungan data
biaya pemrosesan transaksi yang lebih rendah
menghasilkan laporan yang lebih tepat waktu
Penyimpanan data yang lebih ringkas, tetapi mudah diakses pada saat dibutuhkan
Banyak alternative untuk menginputkan data dan menyajikan informasi
peningkatan produktivitas manajer dan karyawan, dalam melaksanakan tanggung jawab dan mengambil keputusan

KONSEP JARINGAN (NETWORK)
Jaringan penting karena:

  • banyak perusahaan yang terpisah seara lokasi dan perlu mentransmisikan data secara cepat dan andal
  • teknologi komunikasi data telah canggih dan semakin murah

TIPE ARSITEKTUR JARINGAN
Wide Area Network
Local Area Network
Client Server Network

WIDE AREA NETWORK
Centralized WAN

Semua aplikasi dipusatkan di satu area geografis.
Manfaat: sebuah prosesor yang cangguh dapat menangani sejumlah besar transaksi dan memproses berbagai aplikasi. Dengan fasilitas yang terpusat, maka pengendalian menjadi lebih baik.
Kelemahan: jaringan menjadi kurang fleksibel, jaringan menjadi lebih rentan terhadap bencana alam. Memerlukan software yang kompleks dan mahal untuk mengelola data di seluruh jaringan, untuk memberikan penugasan, dlsb. Tidak responsive terhadap kebutuhan pengguna di berbagai remote area.
Centralized WAN cocok diterapkan untuk: bank dengan banyak ATM dan cabang, motel, reservasi pesawat terbang.

Distributed WAN
Computer yang berfungsi penuh digabungkan menjadi satu jaringan.
Manfaat: responsive terhadap kebergaman kebutuhan pengguna sistem. Kegagalan satu computer tidak akan menganggu kinerja jaringan, mudah jika ingin mengganti atau menambah computer baru. Fasilitas jaringan dapat dimanfaatkan secara efisien.
Distributed WAN cocok diterapkan untuk: perusahaan dengan struktur organisasi desentralisasi, dengan diversifikasi operasi dan kelompok pengguna, dan fungsi-fungsi yang terkluster di banyak lokasi. Contoh, pabrikan yang memproduksi multi produk dan perusahaan yang melayani berbagai macam jasa.
Kelemahan: Sulit dalam pengendalian. Setiap lokasi perlu menetapkan level pengendalian sendiri-sendiri. Kesulitan dalam mengkoordinasi sistem komputasi yang independent dan adakalanya tidak kompatibel. Kompatibilitas antar hardware and operating system dapat menjadi kendala dalam transfer data.

LOCAL AREA NETWORK
Jenis: Peer to peer network (setiap workstation berfungsi sebagai klien dan server, tidak ada dedicated server) dan server network (dengan server yang menangani ratusan workstation, lebih sulit diimplementasikan, tetapi relative lebih aman bagi pengguna). Contoh: file server, database server, print server, communication server, dan transaction processing server.
Manfaat LAN: memudahkan pengguna dalam berbagi sumber daya teknologi informasi, memudahkan komunikasi antar karyawan dan manajer, cukup fleksibel (mudah menambah atau menyingkirkan computer baru ). Lebih murah dibandingkan sistem standalone. Dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Memudahkan akses terhadap layanan sistem. Memudahkan komunikasi antara manajder dan karyawan.

CLIENT/SERVER NETWORK
Model logika komputasi yang memproses aplikasi dalam sebuah jaringan local. Dalam model ini, pemrosesan dipisahkan antara workstation (klien) dan server. Pemrosesan aplikasi secara optimal dialokasikan ke sumberdaya jaringan yang dapat menangani proses dengan lebih efisien, apakah itu klien, server ataukah klien dan server.

TOPOLOGI JARINGAN
Star configuration, semua workstation dihubungkan dengan server jaringan terpusat.
Ring configuration, sebuah jaringan workstation yang tertutup.
Bus configuration. Dengan bus configuration, setiap workstation independent, sehingga kerusakan pada salah satu computer tidak akan mempengaruhi kinerja jaringan.
Hybrid

SISTEM DATA DAN PEMROSESAN SKALA ENTERPRISE
Online Transaction Processing.
Data Marts dan Data Warehouse.

Online Transaction Processing (OLTP)
Pada saat transaksi direkam (sebagai input), saat itu juga bagian database yang terkait diupdate secara realtime. OLTP Enterprise Resource Planning (ERP) mengotomatisasi aplikasi keuangan dan akuntansi, sumber daya manusia, distribusi, dan produksi. Sebelum modul ini diterapkan, perusahaan harus memodifikasi proses bisnis agar proses bisnis tersebut sesuai dengan aplikasi ERP. JAdi perusahaan dipaksa untuk melakukan rekayasa proses bisnis.


Data Marts dan Data Warehouse.
Data Marts adalah penyimpanan data pendukung keputusan dalam sebuah database untuk memenuhi kebutuhan satu bagian dari perusahaan. Data Warehouse adalah penyimpanan data pendukung keputusan dalam sebuah database yang terintegrasi untuk seluruh perusahaan secara keseluruhan. Datamarts atau data warehouse memuat file-file database yang terintegrasi yang diturunkan dari sistem ERP dan data non relasional yang diperoleh dari sumber lain (seperti penelitian pasar, laporan kredit, artikel Koran, dlsb). Data dalam data marts dan data warehouse disimpan per subyek.

Datamining adalah satu teknik untuk menemukan pola dan kaitan antar item data dalam database. Contoh: seorang pengguna dapat menggunakan aplikasi statistic untuk menganalisis variabel yang menentukan kenaikan atau penurunan laba di sebuah supermarket. Model yang ditemukan berguna untuk memprediksi laba toko di masa yang akan datang.

Data Marts dan Data Warehouse juga dapat diimport oleh pengguna untuk analisis. Pengguna dapat menggunakan data untuk menghasilkan berbagai jenis laporan dan analisis.

SISTEM ANTAR ORGANISASI
Internet Commerce dan Electronic Commerce
Point of Sales System
Electornic Fund Transfer System
Electronic Data Interchange System


Internet Commerce dan Electronic Commerce
Internet Commerce adalah pemakaian internet untuk melakukan pertukaran data elektronik antar partner dagang. Electronic Commerce memiliki konsep yang lebih luas. Pemakaian berbagai jenis jaringan, termasuk internet, untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. E-commerce tersebut mencakup aktivitas seperti, membuat situs web untuk mengiklankan produk, untuk mengungkapkan profil perusahaan, untuk melakukan konferensi jarak jauh, untuk melacak order, untuk mempercepat pengiriman produk, untuk mengumumkan lowongan kerja yang ada. Manfaat E Commerce bagi perusahaan antara lain, meningkatkan profitabilitas dan produktivitas, memperluas pangsa pasar, merampingkan operasi perusahaan, serta mengotomatisasi layanan ke konsumen.

Point of Sales System
Sistem POS berguna untuk mempercepat layanan ke konsumen, mengurangi biaya, mengefisienkan pemrosesan pesanan, dan meningkatkan pengambilan keputusan. Terminal POS merupakan sistem pemrosesan transaksi secara realtime, merekam transaksi penjualan pada saat terjadinya transaksi, dengan menginputkan data ke dalam sisem ataupun dengan scanner. Semua terminal POS terkoneksi dengan prosesor sentral.

Electronic Fund Transfer System
Electronic Fund Transfer System menstransmisi dan memproses transaksi konsumen yang terkait dengan dana. Sistem ini berbeda dengan sistem perbankan tradisional, karena transfer dana diselesaikan secara elektronik, tidak lagi menggunakan cek kertas. Konsumen tidak hanya menyetorkan dana dan menarik dana secara elektronik tetapi juga mentransfer uang secara elektronik.

Electronic Data Interchange System
Electronic Data Interchange memfasilitasi peralihan informasi transaksi bisnis dari sebuah computer dalam sebuah perusahaan ke computer di perusahaan lain. Pihak yang terlibat dalam pertukaran informasi tersebut disebut partner. Contoh partner adalah distributor, pabrik dan pemasok.

Contoh EDI:
Paket aplikasi yang dapat mengkonversi dokumen, seperti order pembelian, faktur, surat pengiriman barang, dan surat muat menjadi bentuk web yang dapat ditransmisikan secara elektronik antar partner dagang.

sumber:http://blogakuntansi.blogspot.com/search/label/Sistem%20Informasi%20Akuntansi

h1

Proses transaksi berbasis komputer

Desember 23, 2010

Penginputan data ke dalam sistem informasi dapat melalui beragam cara:

  • dengan merekam data ke dalam sebuah formulir
  • dengan menginputkan data langsung ke dalam computer
  • dengan sms
  • dengan menginputkan data di internet
  • dengan barcode scanner
  • scanner yang lain

Dokumen Input

Dokumen input adalah formulir atau dokumen sumber, yang datanya akan diinputkan ke dalam sistem informasi. Contoh adalah dokumen penjualan.

Fungsi dokumen input:

  • sarana untuk mengotorisasi suatu transaksi
  • sarana untuk memicu tindakan yang diharapkan (missal, memicu konsumen untuk membayar)
  • refleksi akuntabilitas
  • menyediakan data untuk membuat laporan

Desain dokumen input yang baik:

  • judul yang bermakna
  • marjin
  • ukuran font
  • warna
  • berat kertas
  • nomor urut tercetak untuk dokumen yang sensitif

Tampilan layar komputer untuk entry data yang baik:

  • warna yang nyaman di mata user
  • memudahkan user dalam menginput data
  • perhitungan otomatis
  • kursor otomatis berpindah ke elemen data yang mesti diinput oleh user
  • pesan kesalahan yang mudah dipahami
  • menu help yang tersedia untuk membantu user

Proses

Pemrosesan Input:

  • off line (biasanya data diinputkan secara batch). Pemrosesan secara batch relative lebih murah dibandingkan dengan pemrosesan secara online
  • on line

Dokumentasi Proses

  • System flowcharts
  • Computer system flowcharts
  • (lihat yang sistem object)

Alternatif pendekatan pemrosesan data:

  • Periodic processing approach (sistem batch)
    · Sequential updating from batched input
    · Sequential updating after online data entry
    · Direct updating
  • Immediate processing approach (real time processing)

Perbandingan antara periodic processing approach dan immediate processing approach.

Periodic processing approach
Keuntungan:
meningkatkan efisiensi pemrosesan data, khususnya pada saat perusahaan mesti memproses batch yang sangat besar
memungkinkan pengendalian menggunakan total batch untuk menjamin keakuratan dan kelengkapan data yang diproses.
pemanfaatan computer hardware dan software secara ekonomis

Kelemahan:
data dalam master file adakalanya out of date
jika ada kesalahan dalam transaksi maka koreksi atas kesalahan akan tertunda, dan pembetulan mesti menunggu sampai siklus proses berikutnya tiba

Immediate processing approach
Keuntungan:
mampu menyediakan informasi yang uptodate
transaksi dapat segera diedit pada saat transaksi direkam, koreksi atas kesalahan dapat langsung dilakukan tanpa delay

Kelemahan:
membutuhkan hardware dan software yang cukup canggih
sistem yang lebih kompleks
lebih sulit dan lebih kompleks dalam membangun jejak audit

sumber:http://blogakuntansi.blogspot.com/2008/02/penginputan-data-ke-dalam-sistem.html